Saturday, June 9, 2007

Kenangan tahun 1998 dan pertanyaan yang tersisa

Posted: 16 Maret 2006

Assalaamu 'alaikum,

Ada yang tau atau pernah nonton film dokumenter "Tragedi Jakarta 1998"?
Berkisah tentang perjuangan gerakan mahasiswa pada Mei-Desember 98,
film berdurasi 45 menit menyaber penghargaan sebagai film terbaik dalam
Festival Film Asia Pasifik 2002 di Seoul, Korsel.

Kebetulan semalam saya menyempatkan diri menikmati VCD (asli lho!!!)
film ini yang ternyata berharga cuma 15.000 perak saja.

Di situ digambarkan kronologi gerakan mahasiswa, dimulai dari Tragedi
Trisakti dan Semanggi pada Mei 1998. Tragedi Trisakti yang menghilangkan
3 nyawa anak manusia ini menambah energi gerakan masif mereka yang
telah berlangsung semenjak krisis ekonomi menghantam nusantara.
Setelah di dahului oleh huru-hara besar di pertengahan Mei, akhirnya
dalam hitungan hari Soeharto dengan sangat terpaksa mengundurkan diri
dari tampuk kekuasaan yang telah dipegangnya selama 30 tahun.

Digambarkan pula, bagaimana pertarungan antara para mahasiswa dengan
para aparat keamanan. Dinarasikan pula simultansi dan tuntutan mereka,
yang sempat berubah dari reformasi ke revolusi. Lumayan, cukup mengharukan,
barangkali bisa menjadi kilas balik atas memori kita tentang apa yang
terjadi di tahun 98 itu. Buat yang saat itu tidak berada di negeri tercinta,
film ini lumayan bisa menghadirkan visualisasi dari realita yang ada.
Kalau ada lagi film dokumenter tentang 98, saya yakin banyak pihak yang
akan memburunya, minimal sebagai koleksi atas kenyataan sejarah.

Kilas balik ke 98, saya jadi teringat dengan cerita orang tua saya, bahwa
saat itu beras sekali pun sangat sulit didapat. Akhirnya keluarga saya dan
beberapa tetangga sempat sharing beras dan mengirit menikmatinya.
Kakak-kakak saya pun tiada lelah mencari makanan pokok ini dan barang
lainnya untuk sekedar bisa menjadi pengganjal perut. Waktu itu, nun jauh
di rantau orang, saya cuma bisa menyaksikan di tayangan TV setempat,
orang-orang kita berbondong-bondong menyerbu supermarket sampai
tandas ludes. Bencana ekonomi yang tiba-tiba datang memang meluluhlantakkan
semua pondasi negara yang selama ini kita bangun.

Di Mei 98 itu, saya cuma tertegun menyaksikan headline besar-besaran
bertuliskan kanji yang mengisahkan Jakarta Tanah Tak Bertuan, Indonesia
Negeri tanpa Hukum, Nusantara dilanda prahara. Selama seminggu lebih
headline koran di negeri sana pun selalu menampilkan kondisi nusantara
yang akhirnya di-klimaks-i dengan lengsernya Pak Harto.

Huru-hara besar yang melanda Jakarta hingga kini masih banyak menyisakan
pertanyaan. Menurut kakak saya, di jalan Ciledug raya, saat hari H itu memang
terjadi pembakaran toko-toko material dan perusakan shopping center.
menurut saksi mata, hal itu dipicu oleh kedatangan truk berisi orang-orang
dengan postur tertentu, yang memelopori orang setempat untuk merusak
bangunan dan melakukan bakar-bakaran. Setelah orang banyak datang, terpancing
dan mulai tergerak, secepat kilat orang-orang berpostur tertentu itu pergi
begitu saja tanpa menghilangkan jejak.

Nun 10 km dari rumah orang tua saya, di bilangan Ciledug, Ramayana Dept Store,
yang di dalamnya masih dijubeli "para penjarah" terbakar dengan dahsyat,
yang akhirnya menyisakan mayat gosong ratusan orang di dalamnya. Tragedi
yang sebenarnya lebih hebat dari pada Yogya Dept Store di Klender, namun
luput dari ekpos karena berada di pinggiran kota. Banyak lagi kejadian yang
mengenaskan hati dan memakan korban jiwa, khususnya di se-antero Jakarta.

Hmm, saya cuma mengernyitkan dahi kalau mengingatnya dan saat melihat
aktualita di tahun 98. Dalam film dokumenter di atas, dilukiskan dengan jelas,
bahwa pada Mei 98, Mahasiswa Tanpa Perlawanan Memasuki dan Menguasai
Gedung Kura-kura (MPR/DPR). Dibiarkan atau dijinkan?

Namun kebalikannya, pada tragedi Semanggi II, di bulan November 98,
para mahasiswa yang mencoba mengubah reformasi menjadi revolusi, dengan
mencoba merangsek Sidang Istimewa, akhirnya "dihabisi" oleh para prajurit
dari Brigade Kujang dan Kostrad, tanpa ampun. Di film ini, para prajurit
meneriakkan kemenangannya seakan habis bertempur di medan laga.
Sedang banyak mahasiswa yang terkapar, 7 diantaranya meregang nyawa,
dan 200-an orang lebih luka-luka.

Lantas apa bedanya antara Mei 98 dan November 98?

Pertanyaan terbesar tentulah mengarah ke kerusuhan di Jakarta pada Mei 98.
Kemanakah aparat keamanan berada? Kenapa mereka menghilang sama
sekali? Kenapa chaos sedahsyat itu dibiarkan saja demikian? Siapa orang-orang
yang dikisahkan memicu prahara di mana-mana, yang gerakannya begitu
kompak dan posturnya seragam? Ada apa sebenarnya dengan kondisi kita
di saat-saat kritis itu? Pertanyaan yang belum terjawab dan tampaknya dibiarkan
hilang di telan masa.

Barangkali ada yang punya referensi tentantang hal ini?
Atau barangkali ada juga yang mau sharing kisah-kisahnya seputar tahun 98?
Dan barangkali ada juga yang mau berbagi seputar kisah heroiknya di masa itu?

Wassalaam,

Papa Fariz
yanggaksempetliatlangsungkejadian98ditanahair

No comments: