Saturday, June 9, 2007

Misteri adu penalti

Posted: 3 Juli 2006

Assalaamu 'alaikum,

Piala Dunia belum lagi mencapai babak final. Namun bagi sebagian orang pendukung Inggris dan Brasil, Piala Dunia telah berakhir.
Akhir kisah Cindrella yang tragis di tim Inggris. Seperti yang terjadi pada Spanyol, ternyata keglamouran EPL, dan kedigdayaan
di tingkat klub, tak juga sebanding dengan prestasi yang diraih tim nasionalnya. Tim Inggris yang begitu dijagokan merengkuh
Piala yang digapainya 40 tahun lalu, dengan punya segudang pemain bertalenta, ternyata terus tampil buruk sampai pertandingan
terakhir, sehingga kalau melihat data statistik pertandingan, mungkin boleh dibilang pantas kalah. Mungkin lagi-lagi, headline
di koran sana, akan berunyi "Ten heroes and 1 stupid boy", seperti 8 tahun lalu karena kasus kartu merah bintang mudanya.

Yang lebih bisa dibilang tragedi adalah, lagi-lagi, Inggris harus takluk dalam penalty shoot out. Ini adalah untuk kali ke-6,
mereka kalah adu penalti secara berurutan. Pemain yang kepiawaiannya diakui dunia, seperti Lampard, Gerard, ternyata
tak sanggup mencopleskan bola ke gawang yang berukuran 7,32 x 2, 44 m dari jarak 11 meter. Kalau ada yang punya
scientific calculator, mungkin dengan rumus tangent, bisa menghitung besaran sudut terbesar tendangan penalti ini sampai
ke sudut atas gawang.

Sebenarnya apa faktor dominan yang paling penting dalam adu penalti? Apakah faktor LUCK alias Dewi Fortuna?
Ataukah faktor mental baik dari si penendang maupun dari si kiper? Ataukah faktor skill, terutama dari si penendang?
Ataukah ada faktor lainnya? Namun manakah yang berperan paling besar? Christian Ronaldo begitu dingin yakin dan mantap
mengambil tendangan penalti terakhir. Dari cara dia berjalan, mengambil bola dan tatapan matanya, tampak begitu meyakinkan,
dan nyatanya memang benar dia berhasil menceploskan bola ke gawang sekaligus membawa Portugal ke semifinal.

Lain halnya dengan pemain Inggris yang terlihat kikuk dan gak PD saat bersiap mengambil penalti (karena Inggris kalah
komentarnya jadi kayak begini). Francesco Totti begitu dinginnya mengambil penalti. Padahal beban sangat berat ada di pundaknya,
karena ini adalah tendangan terakhir, dan andaikan dia gagal jutaan orang akan mengutuknya. Hampir bisa dibilang Aussie
bakal mengurung Italia di extra time, dan kalau pun terjadi adu penalti, boleh jadi Italia kalah, karena secara berturut-turut
di 3 PD, yakni 90, 94 dan 98, Italia selalu kalah adu penalti. Masih ingat tangisan Roberto Baggio, saat tendangan penaltinya
melesat jauh di atas mistar gawang hingga mahkota juara PD 94, beralih ke Brasil? Ataukah jangan-jangan ada faktor mitos
dan history yang bermain di situ, sehingga komentator bola berulang-ulang berkata the history repeat again, the history repeat itself?

Adu penalti memang suatu misteri. Skill tinggi sekalipun belum tentu menjamin bola tersebut berhasil diceploskan.
Ketenaran pemain tak menjamin dia mampu menjalankan tugas sebagai seorang eksekutor. Mentalkah yang paling dominan di sini?
Hmm, menarik sekali andaikan ada yang tertarik untuk meneliti tentang misteri penalti dan adu penalti.

Wah, yang kayak begini aja kok diurusin yah? Anyway ini kan cuma intermezzo di tengah euphoria World Cup yang hampir berakhir.

Sayounara England and Brasil...

Wassalaam,

Papa Fariz
euforiaitutelahberakhirdisini

No comments: