Saturday, June 9, 2007

Paranoia gempa bumi

Posted: 27 Juli 2006

Saya jadi tersenyum-senyum kalau ingat SMS isteri saya beberapa hari lalu tentang rumor
akan terjadinya gempa berkekuatan 8,3 skala ritcher di Jakarta dengan diikuti gelombang
Tsunami yang dahsyat. Saya cuma pesan ke istri saya, kalau memang benar ada yang bisa
meramalkan hal itu dengan tepat, dia akan dapat 1000 Hadiah Nobel. Gempa merupakan
fenomena alam yang musykil diramlakan persis waktu kedatangannya. Yang ada cuma bisa
dikira-kira saja dalam rentang waktu yang panjang. Kalau Tsunami memang bisa diprediksi
terjadi atau tidaknya setelah gempa itu dianalisa.

Entah karena kurang publikasi atau penyuluhan bahwa gempa itu sama sekali tidak bisa diramalkan,
akhirnya kita berpikir jauh sendiri dengan diliputi rasa paranoid. Semoga cuma dibilang paranoid,
dan bukan (maaf) bodoh, apabila kita percaya bahwa gempa itu bisa diramal.
Tokyo, sejak kejadian Great Earthquake di tahun 1923, diramalkan bakal mengalami kembali
gempa besar dalam rentang waktu tak lama setelah itu. Namun masyarakat mereka tetap tenang
saja, sembari lebih cenderung untuk berupaya memperbaiki konstruksi bangunan mereka.
Nyatanya, 80 tahun lebih telah berlalu, tapi ramalan itu belum terbukti, karena memang gempa
sangat sulit sekali diprediksi. Nyatanya lagi, yang terkena justru kawasan Kobe, di tahun 1994,
padahal di situ tidak diramalkan akan terjadi gempa besar.

Paranoia tentang gempa mungkin bisa dibilang, kasarnya dan maaf, sampah. Yang akhirnya ada
cuma orang-orang iseng yang tertawa-tawa atas kesuksesannya mengelabui ratusan ribu orang
di Jakarta. Dia senang dengan kekonyolan. Yang lain kesal karena tertipu, walau mungkin
mereka harus lebih kesal lagi mengapa mereka sebodoh itu bisa percaya bahwa gempa akan tiba,
berikut dengan besaran skalanya lagi.

Biarlah gempa itu menjadi kuasa Allah. Kalau kita sudah "menyiapkan payung", mengapa kita
tenggelam dalam paranoia yang sebenarnya merupakan suatu kekonyolan belaka?

Wassalaam,

Papa Fariz

No comments: