Posted: 30 Maret 2007
Assalaamu 'alaikum,
Manakah yang lebih baik, berteman dengan orang non Muslim, namun mampu memberikan manfaat secara finansial berikut jalinan bisnis, ataukah berteman dengan sesama Muslim, bahkan ustadz sekalipun, tetapi kere, malah "menguras" kantong kita.Bedanya yang saya ajukan dulu adalah dalam konteks perorangan, namun yang kali ini dalam konteks kenegaraan.
Terlepas dari betapa "jahatnya" Amerika itu, namun inilah yang namanya riil politik, suatu permainan siapa memanfaatkan siapa. Kalau mau jujur, terlepas dari kesamaan religion, apa sih manfaat yang bisa ditarik dari kerja sama dengan Iran? Monon diberikan contoh yang riil dan nyata. Amerika, sekali pun pada akhirnya punya hidden agenda tersendiri, mereka masih membantu kita, di saat "nyawa" kita sudah sampai di tenggorokan. Coba lihat sewaktu ada bencana, semisal Tsunami di Aceh, bukankah mereka juga yang membantu kita baik secara finansial, infrastruktur maupun sampai-sampai RS terapung, masa bodoh dengan udang di balik bakwannya.
Saya kira jawaban Pemerintah, mungkin akan sama dengan jawaban sampeyan pada pertanyaan di atas. Semua berpulang pada hal yang pragmatis, namun realistis dan logis. Kalau kita memang mau jantan, berlaku seperti bangsa Iran. Mereka sejak tahun 1979 telah diembargo total oleh AS dan konco-konconya. Namun mereka bisa survive bahkan kini berdiri sendiri dan tak punya utang. Sehingga kalaupun menentang AS, mereka gak ragu lagi. Toh mereka memang "tidak terlalu membutuhkan AS".
Kalau kita kan lain kondisinya. Masak sihh di satu pihak kita ngemis-ngemis minta utang, bantuan LN, perdagangan dll, namun di sisi lain malah menjelek-jelekkan mereka. Di konteks non pemerintahan memang oke. Namun di level Pemerintah, selain gak tau balas budi, itu namanya kita hipokrit. Tapi hipokrit sebenanrnya juga bagian dari "budaya" kita, makanya ada istilah bermuka dua, lain di depan, lain di belakang. Gak etis banget, kalau kita ngejelek-jelekin orang yang ngasih utang kita.
Kalau mau jantan, seharusnya kita mandiri terlebih dahulu. Perlu ditimbang juga, mana yang lebih menguntungkan dalam konteks pragmatis nan bokis dan bukan strategis, apakah mendukung Iran ataukah Amerika? Kalau mendukung Iran, sebenarnya apa sih manfaat yang sudah Iran beri ke kita, dan apakah sudah lebih besar dari sumbangsih AS? Sekali lagi, jawaban Pemerintah intinya mungkin gak akan berbeda jauh dengan jawaban sampeyan untuk pertanyaan pada kalimat di atas.
So, what gitu lho? Apakah menjijikkan itu cuma dinilai karena Iran itu menyandang nama Islam juga? Kalau iya, mana dong bantuannya ketika Indonesia lagi susah? Bukan cuma Iran, mana dong bantuan negeri Islam lainnya yang juga melempem? Kalau mereka sudah bantu tapi gak diberitakan, itu berarti ada yang salah dengan marketing kita, dan itu harus belajar dari lebih jauh.
Wassalaam,
Papa Fariz
FS account: boedoetsg@yahoo.com
No comments:
Post a Comment