Nambahin sedikit tentang Gus Dur, ada satu cerita yang semoga belum basiiir...
Maaf semoga gak berbau SARA...
Dulu semasa Jenderal (TNI) LB Moerdani sedang kuat-kuatnya di ABRI,
waktu itu sebenarnya ada wacana untuk menaikkan jenderal pintar ini jadi Presiden...
(kita harus jujur mengakui yang satu ini sebagai salah satu tokoh yang brilyan)...
Konon di dalam ABRI, pendukung fanatiknya banyak dan itu terlepas dari
masalah agama yang dianut Pak Leonardus Benny Moerdany ini...
Gus Dur melontarkan wacana ke umum, bahwa meski penduduk Indonesia itu
mayoritas beragama Islam, non muslim tidak apa-apa menjadi presiden...
Semua geger, semua menghujat Gus Dur...Gus Dur jadi tokoh antagonis
yang hampir dibenci sana-sini oleh ummat seagamanya...
Tapi berkat kasus ini wacana naiknya LB Moerdany dengan sendirinya terkikis,
melihat begitu besarnya penentangan dari mayoritas...
Kata Mas Amien (capres favorit-ku), iklim demokrasi di sini memang gak rame,
kalau Gus Dur gak ada...Namun sayangnya Gus Dur suka kebablasan ceplas-ceplosnya
di kala beliau ada di kursi Presiden...Pak RT ceplas-ceplos, yang bingung cuma
orang se-RT, tapi kalau presdien yang gitu, yah 220 juta jiwa yang bingung...
Secara umum, politik Indon memang menarik dan banyak intrik-intriknya,
jadi enak untuk dinikmati dan dicermati, sekaligus dihujat, ya gak???
Maaf lho, kasus di atas jangan dikait-kaitkan lagi hal mayoritas dengan hal kualitas...
Mengapa saya gak boleh jadi pemimpin hanya karena saya berasal dari kaum
minoritas...Mengapa tidak dilihat kualitas saya??? Sedih saya terlahir dari
kaum minoritas...Ini kan bukan kemauan saya...
Udah ah, saya gak comment lagi dengan argumen ini...
Oke deh, intinya sama dengan yang dikemukakan Issom, Alhamdulillah kita
dikaruniai akal dan pikiran yang tidak dimiliki oleh haiwan (gitu kata orang Melayu)...
Andaikata, maaf, akal dan amat hati kita lebih diberdayagunakan, Insya Allah
Indonesia akan melampaui bangsa-bangsa jirannya...
Karena kita adalah sesungguhnya bangsa yang besar,
namun harus dicapai dengan usaha keras tentunya...
Thanks and best regards,
Papa Fariz
No comments:
Post a Comment