Posted: 30 Juli 2007
Kebakaran pasar bukanlah kebakaran biasa. Tapi dibakar. Kemarin di TV, para pedagang bersaksi ada beberapa ninja yang menyulut api terhadap Pasar Cipanas yang dilalap api. Pasar Cipanas dan Pasar Turi, punya kesamaan, yakni sama-sama tua. Saya setuju dengan pendapat bahwa pasar tua harus diremajakan serta perlengkapan standar anti kebakaran harus dipenuhi. Begitulah kejadian di pasar-pasar lainnya.
Namun menyuruh orang pergi dengan kebakaran adalah suatu tindakan yang sama sekali tidak manusiawi. Dan yang sudah terpatri di kepala kita, setiap ada kebakaran, jangan-jangan, memang sengaja dibakar, meski belum tentu karena dibakar. Tapi itulah yang tertanam di benak kita, karena begitu berulangnya kebakaran di pasar-pasar tua.
Pasar Blok A di kawasan Kebayoran Baru juga begitu. Pasar ini sudah diincar untuk diremajakan. Isu bakal dibakar memang kencang berhembus. Namun pedagang di situ menyikapinya secara positif dengan mengadakan ronda, sekaligus menyatakan kesediaan untuk diremajakan, asalkan harga yang baru itu logis, dan disediakan pula tempat penampungan sementara. Lihatlah kasus Pasar Aldiron yang sudah musnah dilalap api. Para pedagang lama di situ, meradang karena harga kios terlalu tinggi, dan ternyata mereka tidak diprioritaskan, karena ada orang-orang baru yang pengen masuk situ dengan berani bayar harga baru. Ini gak fair buat mereka.
Sebagian dari manusia nusantara memang jahat. Masak mengusir orang dengan membakar. Bagaimana andaikan kejadian itu menimpa kita? Kita sudah susah payah berusaha bertahun-tahun, tapi semua lenyap ditelan si jago merah. FYI, perusahaan asuransi di kita masih males untuk mengadakan asuransi kebakaran di pasar-pasar. Alasannya sering banget kejadian terbakar atau dibakar. Emang mau gitu perusahaan asuransi langsung disuruh menanggung kerugian.
Kalo alasan lama adalah karena hubungan pendek, itu udah basi banget. Kalo memang alasan ini, maka penyebabnya satu di antara dua. PLN kita gak profesional, masak gak tau berapa besarnya kabel yang layak untuk arus sekian. Kebetulan mertua saya ahli listrik lulusan elektro, so saya suka sharing dengan beliau. Pilihan yang kedua, para pedagang (mungkin rakyat juga) kita bokis- bokis dan seenak udelnya, gak mau diatur serta seneng nyolong-nyolong listrik, tanpa pengetahuan yang memadai. Kalo orang bodoh jadi maling, ya akibatnya fatal. Begitu kira-kira kondisinya.
Kalo alat perlengkapan kebakaran dipenuhi, tapi api muncul dimana-mana, bukankah petugasnya juga jadi pusing? Dah gitu air tanah di musim kemarau kering melulu, dan air comberan mampet melulu karena sampah. Jalan ke lokasi pun begitu sempit, apalagi dipenuhi para partisan penonton. Lengkap sudah cerita kebakaran di negeri kita, yang alasannya basi melulu, hubungan pendek, padahal penyebabnya juga basi melulu, karena itu pasar tua dan cara dibakar adalah cara termurah mengusir para pedagang di situ. Jahatnya mereka, memang iblis kini banyak yang menjelma jadi manusia sungguhan.
Wassalaam,
Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com
No comments:
Post a Comment