Monday, January 11, 2010

Anomali bola kita dan PSSI, Capek Deh

Posted: 19 Oktober 2007

Assalaamu 'alaikum,

Hmmm,

Makin sebel aje liat sepakbola Indonesia. Wasit digebukin, baik oleh pemain, ofisial maupun oleh penonton. Tim tuan rumah harus selalu menang, kalo gak menang, stadion ancur dan tim tamu beserta suporternya digetokin. Format kompetisi pun selalu berubah-ubah. Dari format liga, berubah jadi turnamen, eee tahun berikutnya berubah lagi. Dari cuma 18 tim, mendadak jadi 33 tim dll. Gimana bisa maju kalo standar berkompetisi saja kita gak punya. Ada tim yang kena sangsi, tiba-tiba sangsinya dianulir. Yang lucu lagi, Ketua Umum-nya sudah jelas-jelas seorang narapidana dan gak diperbolehkan menurut aturan FIFA, eee gilanya semua pengurus ngotot mempertahankan dia. APA KATA DUNIA brur? Malu-maluin banget.

Kadang kalo lagi di Jakarta saya suka jengkel dengan suporter tim oranye yang bikin macet jalanan. Ingusnya belum ilang, tapi sok jagoan ngebajak mobil orang buat tumpangan gratis. Bahkan kadang kasian liat mobil yang udah ditumpangin tapi kaca depannya diancurin dulu, mungkin gara-gara sopirnya awalnya nolak ditebengin. Gak dimana-mana, kelakuan suporter, dari ibukota sampai pelosok kampung, memang memalukan. Selalu maunya menang, dan gak boleh kalah. Padahal di dalam olahraga dan kehidupan, ada yang disebut menang, karena ada yang kalah, dan kalah menang itu wajar, namanya juga bagian dari entertainment. Masih inget dulu, waktu masih sering noton tarkam di pinggiran Jakarta. Gak jarang pertandingan dibubarin, karena begitu ada gol, langsung penontonnya tawuran karena gak rela kalah.

Gak jelas kenapa pada seneng dengan kekerasan. Apakah kita semua sakit jiwa hingga bisa-bisanya mencintai apa yang namanya kekerasan? Mendukung seorang Napi untuk tetap jadi Ketum dengan berbagai alibi, mungkin bisa juga dibilang sakit jiwa. Apa gak ada gitu yang lain yang mampu untuk menggantikannya. Ditambah kesombongan para pengurusnya yang sok menentang FIFA, wuihh makin komplet deh sebelnya. Bullshit banget kalo PSSI bilang bakal ke pentas dunia tahun 2020. Lha wong nyelenggarain kompetisi aja gak bener, gak punya standar dan gak punya disiplin. Asia Cup lalu cuma euforia sesaat dan kita cuma dukung Timnas aja kok. Biasalah, kita semua memang doyan nasionalisme bendera, tapi itu bukan berarti kesebelan kita terhadap sepakbola nasional hilang begitu saja.

Nonton pertandingan Ligina di layar kaca memang bikin sakit mata. Maunya nonton, tapi begitu liat cara mainnya yang katro dan ingat kelakuan suporter, pemain, ofisial dll yang menjijikkan, langsung aje aye ganti channel-nya. Lebih sebel lagi, kalo saban hari diberitain lagi-lagi sepakbola kita rusuh. Apakah kita lagi pada sakit jiwa ataukah memang hobby sesuatu yang pantas dimiliki oleh orang sakit jiwa yah? Bingung, heran, walau kadang jadi geli sendiri. Yahh, mau diapain lagi, tapi itulah lagi-lagi salah satu fenomena "luar biasa" yang ada di sekeliling kita. Luar biasa itu artinya berbeda dari yang biasa. Tapi dia bisa berarti luar biasa dalam artian super, tapi juga bisa berarti luar biasa dalam artian anomali. Sialnya lagi-lagi di bola ini predikat luar biasa kita adalah yang ANOMALI itu.

Mikirin PSSI dan bola nasional? Capek dehhh. Emangnya Gue Pikirin. Mending juga nonton EPL dan bola Eropa plus Latino.

Wassalaam,

Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com

No comments: