Monday, January 11, 2010

Eksportir minyak puyeng dengan naiknya harga minyak

Posted: 19 Oktober 2007

Assalaamu 'alaikum,

http://www.detikfinance.com/index.php?url=http://www.detikfinance.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/10/tgl/19/time/090441/idnews/842498/idkanal/4

Harga minyak bumi tembus US$ 90.00 per barrel! Diperkirakan harga minyak akan terus naik sampai ke level US$ 100 per barrel, and it is a matter of time. Yang kerja di perusahaan minyak siap-siap saja bakal bergelimang bonus, imbas dari naiknya harga minyak ini. Kenaikan harga yang gila-gilaan ini dipicu oleh pengetatan suplai minyak dunia serta melemahnya nilai dollar AS. Dollar AS memang terus melemah bahkan kini USD 1 cuma bernilai SGD 1.46, padahal 4 tahun lalu USD 1 itu bernilai SGD 1.78. Ada pula sebab lain yang bersifat politis, yakni rencana penyerbuan Turki ke wilayah Irak utara yang didiami oleh bangsa Kurdi, bangsa yang jumlahnya puluhan juta tapi gak punya negara sendiri dan cuma bisa hidup numpang di Irak, Turki, Iran dan Suriah.

Dulu di awal 70-an, ketika harga minyak mentah naik gila-gilaan walau masih di bawah level USD 50 per barrel (CMIIW), kita senang bukan kepalang. Sebagai negara pengekspor minyak, kita mendapat dana pembangunan yang luar biasa, sehingga percepatan pembangunan bisa dilakukan di sana sini, salah satunya karena akibat harga minyak naik ini. Tapi kini keadaannya terbalik. Minyak bumi naik harganya, kita malah tambah pusing. Bukan apa-apa itu berarti subsidi Pemerintah terhadap BBM akan meningkat tajam pula dan bikin tekor keuangan negara. Memang realitanya dalam 30 tahunan ini kita cuma bisa jual BERAS (baca: minyak mentah) untuk beli NASI GORENG (baca: BBM). Beras sekilo cuma 5000 perak, tapi nasi goreng sepiring bisa dihargai 15000, padahal 1 kg beras bisa dijadikan up to 10 porsi nasi goreng. Moga-moga kita bisa cepat bikin nasi goreng sekaligus menarik tanggungan subsidi dari nasi goreng itu.

Naiknya harga minyak memang sekilas gak berpengaruh apa-apa pada kehidupan kita keseharian. Keliatannya begitu, padahal kenyataannya lain. Selain hal subsidi BBM, minyak itu juga punya banyak turunan. Plastik yang akrab dengan kehidupan kita adalah turunan dari pengolahan minyak. Naiknya harga minyak secara otomatis akan menaikkan harga bijih plastik dan imbasnya tentunya akan berujung pada harga plastik serta turunannya (gak cuma kantong plastik tapi juga injection moulding untuk alat elektronik dll). Harga barang pada akhirnya akan naik tanpa kita sadari, dan kita cuma bisa ngiyem kenapa gaji beberapa bulan lalu cukup tapi bulan-bulan belakangan ini malah kurang untuk beli barang dengan kuantitas yang sama. Itu artinya rakyat juga bakalan puyeng karena gaji gak naik tapi harga dan kebutuhan hidup pada naik.

Harga minyak menggila memang ada sisi negatif-nya, namun tetap punya sisi positif pula. Seandainya harga minyak naik justru malah menggelembungkan kas negara, tentunya kita semua akan senang. Tapi kenapa justru malah bikin puyeng kita semua, yang penghasil minyak itu. Ridiculous bukan? Saya pribadi jadi ngiri ketika baca artikel tentang Putin dan Rusia beberapa waktu lalu. Putin kini menikmati dukungan lebih dari 70% rakyatnya karena sukses memakmurkan Rusia dan berangsur mengembalikan Rusia ke kejayaannya kembali. Salah satu rahasianya apalagi kalau bukan karena Rusia mendapat durian runtuh dengan kenaikan harga minyak bumi dan gas bumi. Tapi lagi-lagi, sialnya kita yang sesama pengekspor minyak bumi, bahkan beragam bahan tambang lainnya masih belum bisa melambung semoncer Rusia. TANYA KENAPA.

Walah, masih libur lebaran dah mikir yang jauh-jauh yah. Saya bukan orang ekonomi ataupun orang yang berkaitan dengan dunia energi. Pengen rasanya dapat penjelasan kenapa realita kita begitu terbalik dengan para eksportir minya lainnya. Plong rasanya kalau bisa tau dan memaklumi kenapa (lagi-lagi) kita harus merasakan kondisi anomali kita itu. Anomali memang gak enak, namun kalau itu yang harus ditelan, ya mau gimana lagi.

Wassalaam,

Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com

No comments: