Monday, January 11, 2010

Sosok kharismatis buya Hamka yang tak tergantikan

Posted: 18 Oktober 2007

Assalaamu 'alaikum,

http://www.geocities.com/hamkaonline/
http://id.wikipedia.org/wiki/Buya_Hamka

Siapa yang tak kenal dengan sosok Buya Hamka? Kebetulan di hari pertama Idul Fitri, 13 Oktober 2007, Metro TV menayangkan program Metro Files tentang Memoar Buya Hamka. Hamka yang merupakan singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah, merupakan salah satu ulama besar yang kharismatis dan sulit tergantikan di nusantara. Figur dan teladannya masih membekas hingga kini. Buya Hamka bukanlah semata seorang ulama, melainkan beliau juga adalah seorang mubaligh dengan kata-kata lembut serta seorang sastrawan dan penulis aktif. Karyanya yang paling fenomenal adalah Tafsir Al Azhar, yang dituntaskannya saat beliau dipenjarakan oleh Bung Karno karena menentang konsep Nasakom.

Waktu itu memang BK mengajukan konsep Nasakom (Nasionalis-Agama-Komunis) untuk menghadapi tantangan dari Masyumi, partai tempat Hamka bernaung, yang hendak menggolkan gagasan syariat Islam bagi para pemeluknya. Dalam urusan mengebiri aktivis agama, BK memang tak kalah sadisnya dibanding penerusnya, Pak Harto. Di dalam tayangan TV tersebut dikisahkan bagaimana beratnya penderitaan sang Buya, yang di penjara di siksa sampai sakit-sakitan. Penyiksaan yang paling berat adalah ketika perutnya dikalungi ban berisi air, dimana lantas setrum listrik dialirkan ke air tersebut. Sedemikian beratnya penderitaan Buya saat itu, bahkan sempat terlintas dalam benak beliau untuk commit suicide.

Namun kehidupan di penjara memang membawa hikmah lain, yakni tuntasnya tafsir Al Azhar (bukan terjemahan), buah tangan terbesar Buya. Buya memang seorang satrawan. Dahulu, semasa SMA, saya pribadi sempat sangsi apakah penulis novel "Tenggelamnya Kapal van der Wijck" adalah Buya Hamka yang pernah saya tahu sebagai mantan ketua MUI. Karena latar belakang sastrawan itulah, Buya amat produktif menulis dan karya dengan bahasa indahnya masih terus dikenang dan dibaca sampai saat ini.

Seorang ulama yang sastrawan sekaligus seorang da'i dan ustadz yang diteladani oleh banyak orang. Suatu sosok yang kini sulit dicari bandingannya. Apalagi di tengah-tengah masyarakat kita yang sedang sibuk mencari siapa ustadz yang bisa mereka jadikan panutan dalam pengalaman religi di keseharian hidup mereka. Sosok Aa' Gym, Zainudin MZ, Kosim Nurseha ternyata memang belum sekelas Buya, dan begitu cepat ditelan zaman tanpa mampu meninggalkan bekas sebesar Buya. Sosok lain pun hingga kini masih belum bisa diterima secara menyeluruh dan dijadikan panutan oleh umat Islam, sekalipun sosok itu adalah Gus Dur, Mas Amien, Din Syamsudin, Nurcholis, Hasyim Muzadi dll.

Buya Hamka juga terkenal akan ke-konsistenannya. Kontroversi yang paling mahsyur dan dikenang hingga saat ini adalah Fatwa MUI di tahun 1981 yang mengharamkan umat Islam untuk merayakan Natal Bersama. Bagi Buya, urusan agama tidak boleh dicampuri dan dipengaruhi oleh hal-hal politis. Kala itu Pemerintah memang sedang gencar-gencarnya meminta agar umat beragama tak ragu atas nama toleransi untuk merayakan hari raya bersama, satu sama lain. Padahal makna dari Idul Fitri dan Natal amatlah berbeda.

Idul Fitri "hanyalah" perayaan kemenangan belaka setelah umat Islam menang "berperang" melawan hawa nafsu selama sebulan penuh di bulan Ramadhan. Sedangkan Natal atau Chrismast adalah perayaan atas lahirnya Yesus Kristus yang diyakini sebagai salah satu dari Trinitas, selain Tuhan Bapa dan Rohul Kudus. Suatu konsep yang amat sangat berbeda dengan konsep Tauhid dalam Islam, yang menegaskan bahwa Allah itu Maha Esa. Turut bersama merayakan Natal sama artinya dengan "pengakuan" akan Trinitas yang berkebalikan dengan Tauhid dalam Islam. Karenanya umat Islam diharamkan untuk mengikuti Natal Bersama.

http://forum-arsip.swaramuslim.net/more.php?id=3826_0_14_0_C

Kontan saja, Pemerintah, terutama Menag saat itu, Letjen Alamsyah, berang dengan fatwa MUI yang dikomandani oleh Buya Hamka. Bahkan saat itu banyak pejabat negara, termasuk mendiang Ali Moertopo secara demonstratif menyalakan lilin Natal di bawah sorotan lampu kamera TV. Sang Buya akhirnya memilih untuk mengundurkan diri karena berbagai tekanan, yang utamanya dari pihak Pemerintah. Setelah sakit-sakitan, pada 24 Juli 1981 sang Buya menutup mata untuk selama-lamanya, dan kepergiannya ditangisi oleh umat Islam di nusantara.

Kini sosok kharismatis Buya dengan karya tafsir Al Qur'an yang fenomenal bak tak tergantikan oleh ustadz modern di Indonesia. Kalaupun ada yang keilmuannya mungkin dianggap setara dengan Buya Hamka, namun kapasitas Buya sebagai pemikir, panutan dan mubaligh ulung sekaligus sebagai sastrawan belum tentu bisa digantikan oleh sosok tersebut. Akan hadir kembali ulama tanah air yang sekelas Buya namun bisa diterima oleh beragam kalangan dan jadi panutan? Semoga sosok tersebut akan lahir dan tumbuh kembali, dan bukasekedar sosok bak halilintar yang akhirnya hanya menyebabkan umat patah arang dan kecewa tanpa bekas dan jejak apa pun.

Ada yang punya referensi lain tentang Buya kita ini, berikut pemikirannya? Mohon di sharing.

Wassalaam,

Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com

1 comment:

Anonymous said...

Lucky Club Online Casino UK
Lucky Club is a new online casino with a luckyclub stunning welcome offer to you as well as some bonuses for all new users. We have selected the best casinos  Rating: 2.8 · ‎46 votes