Posted: 4 Oktober 2007
Assalaamu 'alaikum,
Kiriman dari milis jiran, ada telur palsu, daging ayam dan daging sapi palsu dari cina.
http://www.erabaru.or.id/k_23_art_76.html
Ini juga berarti kehebatan China dalam membuat seperti yang asli alias menjiplak kan yah? Suatu hal yang patut ditiru oleh bangsa kita. Teknologi itu bukan dipelajari, melainkan harus dicuri. Siapa sih yang mau ngajarin teknologi? Wong sensei saya dulu bilang jelas-jelas, ngapain juga Jepang harus ngajarin teknologi ke negara ketiga, sedangkan mereka perlu meng-keep teknologi gap dengan negeri itu. Jepang gak punya sumber daya alam (SDA). Kalau kemampuan teknologi dan SDM negara ketiga sama dengan Jepang, buat apa SDA diekspor ke Jepang untuk diolah?
Mencuri gak selamanya jelek, salah satu contohnya mencuri Iptek. Kalo gak ngejiplak gimana lagi kita bisa mulai belajar. Kelamaan aduh boo kalo harus belajar dari ilmu material dasar. Sejatinya untuk kondisi negara berkembang seperti kita, teknologi harus dipelajari dan dikembangkan dengan sistem Top Down dan bukan Bottom Up. Kenapa? Ya itu tadi, kalo belajar dari ilmu material dasar, bisa-bisa kita baru bisa buat barang yang ada sekarang 100 tahun lagi. Menjiplak mungkin salah satu contohnya, tapi ada hal lain pula.
Ingat IPTN kan? Sebenarnya konsep IPTN adalah teknologi Top Down. Dalam artian, kalau kita sudah bisa buat pesawat utuh, logikanya kita menguasai teknologi break down-nya. Kalau pesawat yang terbang melayang dan butuh kesetimbangan maha tinggi sembari melawan tarikan gaya gravitasi bumi itu saja bisa kita buat, logikanya pula motor dan mobil yang nempel di tanah dengan mudah kita buat. Tapi kok pesawat bisa kita buat, teknologi kita malah seperti terkungkung di situ dan jalan di tempat, serta motor dan mobil pun gak mampu kita buat? TANYA KENAPA. Konon katanya, jawabannya sih masalah politis dan bukan masalah teknologi, Iptek dan ilmiah. Ndak tau deh.
Yang jelas yang namanya Iptek itu butuh investasi di RND. Beranikah kita melakukan investasi RND? Ditambah lagi PD kah kita mendidik anak bangsa dan PD kah kita akan kemampuan anak bangsa untuk mumpuni menguasai teknologi tinggi? Kalau gak mau berarti kita harus siap jadi bangsa pedagang. Yang hari ini beli, hari ini dijual dan untung. Namun itu berarti bangsa kita juga jadi sekelas bangsa "tukang jahit". Artinya cuma bisa nunggu order datang, dan kalo gak ada order dari negeri maju, matilah dia. Sudah seyogyanya kita maju ke depan sebagai bangsa desainer. Desainer itu bisa mendesain baju sendiri, mempengaruhi market, untungnya gede, dan tinggal nyuruh tukang jahit yang digajnya kecil untuk membantu.
Mau pilih yang mana? Kalau gak mau susah, jadilah bangsa pedagang, tapi bersiaplah kelas kita turun sekelas bangsa tukang jahit yang bargaining position-nya lemah dan mudah dipermainkan kapan saja.
Wassalaam,
Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com
No comments:
Post a Comment