Naik mobil sambil ber-ponsel ria? Suatu kebiasaan baru yang menjengkelkan apabila sang mobil tersebut
ada di depan kendaraan kita. Fenomena ini sering kita jumpai di berbagai kota besar di dunia, termasuk
di Jakarta. Acap kali di Jakarta, saya kadang dibuat jengkel karena mobil di depan kami tiba-tiba melambat.
Otomatis, tentunya mobil lain di belakangnya jadi ikutan melambat pula. Sedikit banyak, apabila waktu
perlambatan itu diakumulasi, ini juga menjadi salah satu penyebab kemacetan. Berbicara di ponsel saat
berkendaraan memang berbeda dengan bicara dengan orang yang duduk di sebelah kita. Kalau bicara
dengan orang di sebelah, pandangan dan pikiran kita masih bisa terfokus ke jalan selagi memegang kemudi.
Namun bicara via ponsel lain, seringkali pikiran kita malah jadi gak konsen mengemudi. Sama-sama bicara,
namun fokus dan konsentrasi bisa beda, ada yang tau sebabnya? Apakah stir satu tangan dengan tangan
lain mengangkat ponsel, juga bisa dianggap salah satu penyebabnya?
Adakah solusi untuk hal ini? Tentu saja ada. Contoh bagus diterapkan di Singapore. Apabila kita hendak
berponsel sambil berkendaraan, maka kita wajib memakai earphone, sehingga stir masih bisa kita pegang
secara stabil dengan kedua tangan kita. Mau coba ngangkat ponsel selagi nyetir? Silahkan saja, dan kalau
kebetulan kepergok Pak Polisi di negeri Singa ini, "habislah kita". Konon katanya, selain kena tilang yang
nantinya berefek pada pengurangan poin di SIM dan mungkin juga denda uang (CMIIW), handphone kita
pun gak ada nego, bakal disita (confiscated) oleh Pak Polisi. Gak peduli HP kita baru beli dan mahal banget,
pokoknya disita dan gak bakal dikembalikan. Ini cukup membuat efek jera. Mau nyogok Pak Polisi?
Jangan coba-coba, karena hukuman anda akan ditambah dengan tuduhan penyuapan kepada aparat negara.
Bisa kah kira-kira peraturan dengan efek jera diterapkan di Indonesia? Sebenarnya bisa, dan banyak yang
aturannya sudah ada. Namun sayangnya penegakannya masih lemah. Pak Polisi pun banyak yang ngincer
nego di jalan, karena ini bakal jadi tambahan nafkah buat mereka. Gak salah, institusi kepolisian ditempatkan
sebagai lembaga terkorup oleh salah satu LSM, selama 3 tahun berturut-turut di atas Parpol, DPR dan
Pengadilan. Orang kita pun banyak yang mau cari gampang. Yang penting cepat selesai dan beres, apalagi
ongkos nyogok lebih murah dari penalti yang sebenarnya. Perkara apakah ini menyuburkan KKN, banyak
yang gak peduli. Pemberantasan KKN padahal seyogyanya selain dengan penegakan hukum juga harus
ditunjang oleh kemauan kita untuk menolak "memasarkan dan membesarkan KKN". Susah juga jadinya.
86 aja deh, 86, lagi sibuk dan buru-buru nih Pak. Pak Polisi pun ngerti, karena 86 itu berarti damai.
Tapi ada satu hal yang kadang bikin saya cukup tercengang di Jakarta. Kalau untuk pengemudi mobil,
compulsory dari pemakaian earphone bisa menjadi solusinya, bagaimana dengan pengendara sepeda motor.
Yang bikin saya kagum dan shock, orang kita banyak yang berakrobat, sambil ngebut naik motor dengan
satu tangan, mereka berponsel ria dengan tangan yang lain. Ck, ck, hebat banget brur. Valentino Rossi
juga kalah kayaknya. Kenapa yah mereka gak berhenti sejenak, lalu berponsel ria, atau kalau waktu
berponsel bakal panjang, bisa bilang, nanti tolong telpon lagi, ini lagi naik motor di jalan. Kenapa gak
terpikir seperti itu? Apakah harus nunggu jatuh dan celaka dulu, lantas baru nyadar? Ini mungkin karena
pemikiran kita yang maunya semua serba gampang dan instant sehingga malas berpikir dan menelaah
apakah yang kita lakukan baik atau gak, apakah kita mau mencegah sesuatu yang buruk atau gak. Biasanya
setelah kejadian barulah menyesal, padahal nenek kita sudah berpesan "Sesal Kemudian Tiada Berguna".
Yang hebat lagi, naik motor, tangan yang satu megang ponsel, tangan yang satunya lagi megang rokok.
Hebat abiss, ngebut sambil ngerokok dan berponsel ria. Kira-kira sudah ada kasus atau belum yahh,
kecelakaan akibat berponsel saat naik motor ataupun mobil?
Demikianlah, kebiasaan kecil yang kadang mengganggu, walau sebenarnya kebiasaan kecil itu sejatinya
adalah cerminan dari diri dan kepribadian kita. Kira-kira apa yah solusinya? Untuk orang negeri tropis,
yang sifatnya santai dan malas, stiff punishment adalah jawabannya. Namun kalau penegak hukumnya
juga main mata dan gak konsisten, otomatis stiff punishment ya gak jalan. Dan sialnya orang kita pun
memang udah tuman, dan selalu mau enaknya karena sudah bawaan lahir. Pengendara motor disuruh
di lajur kiri, nyatanya cuma dituruti seminggu saja, setelah itu balik lagi. Kaki Lima dibersihkan, eee besok
datang lagi. Yang adu kebut dirazia, besoknya nongol lagi. Capek deh Pak Polisi, emang kerjaan mereka
cuma ngurusin itu doang. That's why penegakan hukum haruslah diikuti oleh kesadaran dan kedisiplinan
kita. Dan ini larinya, balik lagi, ke masalah pendidikan dan pembinaan mental kita.
Papa Fariz
Be Useful, Be Yourself. U + U = double U alias W. be Useful + be Urself = Wahyu. Jadilah dirimu sendiri, karena kita diciptakan Allah SWT dengan keunikan dan potensi kita masing-masing. Namun jadikanlah dirimu juga bermanfaat buat insan lain. Karena hidup akan terasa hampa apabila kita tidak memberikan manfaat untuk siapa-siapa.
Tuesday, August 17, 2010
Monday, January 11, 2010
Ngawurnya mereka
Posted: 24 Oktober 2007
Assalaamu 'alaikum,
Kiriman dari seorang teman tentang sedikit dari kutipan pendapat Ulil dan Sumanto. Masya Allah, Na'udzubillah min Dzalik. Beberapa tahun lalu saya pernah jalan bareng dengan beliau berdua yang kebetulan datang ke sini. Kasian dikasih tempat nginep di Hotel 81 Geylang euiy. Sebagai teman jalan, asyik-asyik aja, meski secara pemikiran saya bersebrangan dengan mereka.
Hmm, gimana yahh. Pada akhirnya saya nangkap kesan, pesan sponsor begitu kuat di belakang mereka. Ya, mereka manusia biasa yang perlu makan dan survive juga. Sedang di sisi lain, gak ada makan siang yang gratis. Keduanya bergerak di LSM yang penuh kucuran uang dari sana. Siapa sih yang mau distop kucurannya. Gitu kali yah kesimpulan akhirnya. Saya gak percaya kalau mereka beralasan ingin memperbarui agama semata, tentunya ada agenda dan pihak di belakang mereka. Gak pengen menuding, ini cuma kesan saya pribadi saja, karena dulu adalah suatu hal yang rasanya gak masuk akal gimana mungkin orang mau "menggadaikan" dan mengacak-acak agamanya sendiri. Ataukah ini buah pemikiran idealisme dan ide brilyan mereka untuk menafsirkan lagi "secara lebih benar" tentang agama itu, terlepas dari masalah uang? Tapi tega sekali pendapat mereka terhadap Al Qur'an. Malah jadi kasian dengan mereka, gimana nanti pertanggungjawabannya kepada Allah di alam sana.
Tapi sesungguhnya, orang pinter nyeleneh bukanlah hal yang asing. Seorang sohib sewaktu buka puasa di Bedok dulu pernah bercerita bahwa gak sedikit dari temannya yang mengkaji Al Qur'an, justru malah menjadi atheis. Di kalangan ilmuwan juga sama, yang atheis gak sedikit bahkan tak jarang malah alergi dengan yang namanya agama. Secara keilmuwan, di abad pertengahan dulu, terjadi pertentangan antara ilmuwan dan gereja. Gereja keukeuh dengan paham Geosentris, sedangkan ilmuwan berpendapat bahwa bumi mengitari matahari. Hasil akhirnya kita tau bumi memang berotasi dan berevolusi. Gimana mungkin agama bisa berbeda dengan kenyataan? Itu berarti bahwa agama itu salah. Itulah salah satu contoh salahnya agama mereka, dan sayangnya mereka gak kenal Islam.
Demikian realitanya. Adakah paham nyeleneh itu boleh dibiarkan dengan alasan perdamaian dan kebebasan serta demokrasi. Hati yang menentang, justru nanti dicap fundamentalis dan ekstrimis, bahkan teroris. Nah lho.
Wassalaam,
Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com
"Semua agama sama. Semuanya menuju jalan kebenaran. Jadi, Islam bukan yang paling benar." (Ulil Abshar Abdalla, dari majalah GATRA, 21 Desember 2002).
"Jika kelak di akhirat, pertanyaan di atas diajukan kepada Tuhan, mungkin Dia hanya tersenyum simpul. Sambil menunjukkan surga-Nya yang Mahaluas, di sana ternyata telah menunggu banyak orang, antara lain; Jesus, Muhammad, Sahabat Umar, Gandhi, Luther, Abu Nawas, Romo Mangun, Bunda Teresa, Udin, Baharudin Lopa, dan Munir!" (Sumanto Al-Qurtuby, dari buku Lubang Hitam Agama).
a.. "Bahkan sesungguhnya hakekat Al-Qur'an bukanlah 'teks verbal' yang terdiri atas 6666 ayat bikinan Utsman itu melainkan gumpalan-gumpalan gagasan." (hal. 42) b.. "Al-Qur'an bagi saya hanyalah berisi semacam 'spirit ketuhanan' yang kemudian dirumuskan redaksinya oleh Nabi." (hal. 42) c.. "Seandainya (sekali lagi seandainya) Pak Harto berkuasa ratusan tahun, saya yakin Pancasila ini bisa menyaingi Al-Qur'an dalam hal 'keangkeran' tentunya." (hal. 64) d.. "Di sinilah maka tidak terlalu meleset jika dikatakan, Al-Qur'an, dalam batas tertentu, adalah "perangkap" yang dipasang bangsa Quraisy (a trap of Quraisy)." (hal. 65)
Assalaamu 'alaikum,
Kiriman dari seorang teman tentang sedikit dari kutipan pendapat Ulil dan Sumanto. Masya Allah, Na'udzubillah min Dzalik. Beberapa tahun lalu saya pernah jalan bareng dengan beliau berdua yang kebetulan datang ke sini. Kasian dikasih tempat nginep di Hotel 81 Geylang euiy. Sebagai teman jalan, asyik-asyik aja, meski secara pemikiran saya bersebrangan dengan mereka.
Hmm, gimana yahh. Pada akhirnya saya nangkap kesan, pesan sponsor begitu kuat di belakang mereka. Ya, mereka manusia biasa yang perlu makan dan survive juga. Sedang di sisi lain, gak ada makan siang yang gratis. Keduanya bergerak di LSM yang penuh kucuran uang dari sana. Siapa sih yang mau distop kucurannya. Gitu kali yah kesimpulan akhirnya. Saya gak percaya kalau mereka beralasan ingin memperbarui agama semata, tentunya ada agenda dan pihak di belakang mereka. Gak pengen menuding, ini cuma kesan saya pribadi saja, karena dulu adalah suatu hal yang rasanya gak masuk akal gimana mungkin orang mau "menggadaikan" dan mengacak-acak agamanya sendiri. Ataukah ini buah pemikiran idealisme dan ide brilyan mereka untuk menafsirkan lagi "secara lebih benar" tentang agama itu, terlepas dari masalah uang? Tapi tega sekali pendapat mereka terhadap Al Qur'an. Malah jadi kasian dengan mereka, gimana nanti pertanggungjawabannya kepada Allah di alam sana.
Tapi sesungguhnya, orang pinter nyeleneh bukanlah hal yang asing. Seorang sohib sewaktu buka puasa di Bedok dulu pernah bercerita bahwa gak sedikit dari temannya yang mengkaji Al Qur'an, justru malah menjadi atheis. Di kalangan ilmuwan juga sama, yang atheis gak sedikit bahkan tak jarang malah alergi dengan yang namanya agama. Secara keilmuwan, di abad pertengahan dulu, terjadi pertentangan antara ilmuwan dan gereja. Gereja keukeuh dengan paham Geosentris, sedangkan ilmuwan berpendapat bahwa bumi mengitari matahari. Hasil akhirnya kita tau bumi memang berotasi dan berevolusi. Gimana mungkin agama bisa berbeda dengan kenyataan? Itu berarti bahwa agama itu salah. Itulah salah satu contoh salahnya agama mereka, dan sayangnya mereka gak kenal Islam.
Demikian realitanya. Adakah paham nyeleneh itu boleh dibiarkan dengan alasan perdamaian dan kebebasan serta demokrasi. Hati yang menentang, justru nanti dicap fundamentalis dan ekstrimis, bahkan teroris. Nah lho.
Wassalaam,
Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com
"Semua agama sama. Semuanya menuju jalan kebenaran. Jadi, Islam bukan yang paling benar." (Ulil Abshar Abdalla, dari majalah GATRA, 21 Desember 2002).
"Jika kelak di akhirat, pertanyaan di atas diajukan kepada Tuhan, mungkin Dia hanya tersenyum simpul. Sambil menunjukkan surga-Nya yang Mahaluas, di sana ternyata telah menunggu banyak orang, antara lain; Jesus, Muhammad, Sahabat Umar, Gandhi, Luther, Abu Nawas, Romo Mangun, Bunda Teresa, Udin, Baharudin Lopa, dan Munir!" (Sumanto Al-Qurtuby, dari buku Lubang Hitam Agama).
a.. "Bahkan sesungguhnya hakekat Al-Qur'an bukanlah 'teks verbal' yang terdiri atas 6666 ayat bikinan Utsman itu melainkan gumpalan-gumpalan gagasan." (hal. 42) b.. "Al-Qur'an bagi saya hanyalah berisi semacam 'spirit ketuhanan' yang kemudian dirumuskan redaksinya oleh Nabi." (hal. 42) c.. "Seandainya (sekali lagi seandainya) Pak Harto berkuasa ratusan tahun, saya yakin Pancasila ini bisa menyaingi Al-Qur'an dalam hal 'keangkeran' tentunya." (hal. 64) d.. "Di sinilah maka tidak terlalu meleset jika dikatakan, Al-Qur'an, dalam batas tertentu, adalah "perangkap" yang dipasang bangsa Quraisy (a trap of Quraisy)." (hal. 65)
Mengucapkan Selamat Natal itu boleh, yang tidak boleh merayakannya
Posted: 24 Oktober 2007
Assalaamu 'alaikum,
http://www.eramuslim.com/ustadz/aqd/7a22125340-mengucapkan-selamat-natal-dan-hari-raya-agama-lain.htm
Mengucapkan Selamat Natal itu boleh, yang tidak diperbolehkan adalah merayakannya secara bersama. Karena hal itu sudah menyangkut hal ritual, sedangkan hukum masalah akidah yang terkait adalah tegas. Demikian kutipan dari situs Era Muslim. Salah satu yang berpendapat demikian adalah ustadz Yusuf Qardhawi. Setiap tahun di sebagian kalangan Muslim, terjadi perdebatan mengenai ucapan selamat ini. Fatwa MUI pada tahun 1980-an ternyata hanya mengacu kepada pengharaman perayaan Natal bersama dan bukan kepada memberikan ucapan selamat.
Era Muslim hanyalah satu referensi saja. Barangkali ada referensi lain yang justru berkebalikan isinya, atau malahan memperkuat referensi Era Muslim ini? Tapi bagaimana dengan acara-acara TV, di mall-mall dll yang marak ketika Natal? Apakah itu bisa dikategorikan perayaan secara bersama? Moga-moga bukan bahasan basi, karena tiap tahun mesti terulang kontroversi ini tanpa ada pencerahannya. Semoga tidak menjadi polemik yang tak berujung. Wallahu 'alam bissawab.
Wassalaam,
Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com
Assalamualaikum wr wb.,
Pak ustadz yth, sebagaimana kita ketahui bahwa ada beberapa di antara kita tinggal dalam lingkungan yang majemuk terutama dengan agama/kepercayaan lain.
Pada saat Idul Fitri mereka mengucapkan selamat hari raya pada kita namun bolehkah apabila pada hari raya mereka kita juga melakukan hal yang sama?
Kalau tak salah dalam Perjanjian Lama pd Surat Paulus II atau Yohanes II (saya lupa) ada ajaran nasrani yang melarang mengucapkan salam pd agama lain. Benarkah demikian mohon penjelasan lebih lanjut dan terima kasih.
Wassalamualaikum wr. Wb.
Denmas
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Di masa lalu umat Islam jauh lebih kuat dan besar dari umat Kristiani. Bahkan tempat-tempat bersejarah yang dianggap sebagai tempat lahirnya nabi Isa sejak masa khalifah Umar bin Al-Khattab radhiyallahu 'anhusudah berada di tangan umat Islam bahkan hingga pertengahan abad 20.
Sebaliknya, umat kristiani tidak pernah lebih besar dari umat Islam. Kemajuan barat di dua abad terakhir ini tidak bisa diklaim sebagai prestasi agama kristen, bahkan justru sebaliknya. Barat bisa maju peradabannya ketika mereka terbebas dari kungkungan gereja.
Maka sepanjang 14 abad, pandangan muslim kepada pemeluk agama nasrani agak berbeda dengan di masa sekarang ini. Di masa kejayaan umat Islam, umat nasrani dipandang sebagai umat yang minoritas, lemah, tak berdaya dan perlu dikasihani.
Bahkan di Eropa yang sebagiannya dikuasai umat Islam saat itu, begitu banyak pemeluk kristiani yang dilindungi dan disubsidi oleh pemerintah Islam.
Pandangan ini kemudian berubah ketika Barat mengekspansi negeri-negeri muslim di bawahbendera salib. Dan kekuatan salib berhasil menyelinap di balik misi ipmerialisme yang tujuannya Gold, Gospel and Glory. Gospel adalah penyebaran agama kristiani ke dunia Islam.
Sejak saat itulah gambaran umat kristiani berubah dalam perspektif umat Islam. Yang tadinya dianggap umat yang lemah dan perlu dikasihani, tiba-tiba berubah menjadi agresor, penindas, penjajah dan perusak akidah.
Di masa kekuasaan Islam, ayat-ayat Al-Quran dan hadits nabi untuk menyayangi dan berempati kepada pemeluk nasrani kelihatan lebih sesuai dengan konteksnya. Misalnya ayat berikut ini:
Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata, "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani." Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. (QS. Al-Maidah: 82)
Al-Quran menggambarkan bahwa orang-orang nasrani adalah orang yang paling dekat persahabatannya dengan umat Islam. Sebab mereka masih mengakui Allah SWT sebagai Allah, juga mengakui keberadaan banyak nabi dan malaikat. Mereka juga percaya adanya kehidupan sesudah kematian (akhirat).
Apalagi di masa kejayaan Islam, umat nasrani sangat sedikit, lemah dan tertindas. Maka di berbagai pusat peradaban Islam, umat nasrani justru disebut dengan zimmy. Artinya adalah orang-orang yang dilindungi oleh umat Islam. Nyawa, harta, keluarga dan hak-hak mereka dijamin oleh pemerintah Islam.
Bahkan suasana itu juga terasa cocok dengan ayat Allah SWT yang lain lagi, yaitu tentang halalnya sembelihan mereka dan dinikahinya wanita ahli kitab oleh laki-laki muslim.
Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al-Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal bagi mereka. wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al-Kitab sebelum kamu(QS. Al-Maidah: 5)
Umat Islam mengizinkan mereka mendirikan geraja dan haram hukumnya untuk mengusik ibadah mereka. Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi bahwa mempersilahkan umat kristiani untuk merayakan misa natal di tempat-tempat yang dianggap bersejarah.
Semua itu adalah gambaran suasana kerukunan umat beragama yang sesungguhnya, hasil dari kemajuan peradaban Islam.
Hubungan Islam Nasrani di Zaman Kolonialisme
Tetapi semua itu menjadi hancur berantakan gara-gara kolonialisme. Keserasian umat Islam dengan pemeluk nasrani berubah menjadi perang tiada habisnya. Darah para syuhada membasahi bumi Islam tatkala umat kristiani membonceng mesin perang Barat menjajah negeri, merampas harta benda, membunuh muslim dan membumi hangus peradaban.
Umat kristiani yang tadinya umat lemah tak berdaya dan dilindungi, tiba-tiba berubah menjadi kekuatan yang congkak dan berbalik menjadi penindas umat Islam. Khilafah Islamiyah yang menyatukan umat Islam sedunia dicabik-cabik dan dibelah menjadi puluhan negara jajahan.
Akibat dari kolonilisme itu, pandangan umat Islam terhadap bangsa kristiani pun mulai mengalami pergeseran. Yang tadinya lebih banyak menyebut ayat-ayat tentang kedekatan antara dua agama, sekarang yang lebih terasa justru ayat-ayat yang mempertentangkan keduanya.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk." Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. Al-Baqarah: 120)
Juga ayat ini:
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. (QS. Ali Imran: 100)
Maka umat Islam berperang melawan nasrani dan menolak bila negerinya dipimpin oleh mereka.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin; sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al-Maidah: 51)
Imbas Kepada Hukum Memberi Ucapan Selamat Natal
Melihat realitas di atas, maka di dalam tubuh umat Islam berkembang dua cara pandang yang berbeda.
Di satu sisi, ada kalanganyang menganggap bahwa nasrani itu bukan musuh, tidak boleh dibunuh atau diperangi. Justru harus dianggap sebagai komunitas yang harus ditolong. Kepada mereka tidak dipaksakan untuk memeluk Islam. Bahkan tidak terlarang untuk hidup berdampingan, saling tolong dan saling hormat, sampai saling memberi tahni'ah (congratulation) kepada masing-masing kepercayaan.
Di sisi lain, ada kalangan yang tetap berprinsip bahwa nasrani adalah umat yang harus dimusuhi, diperangi dan tidak bisa dipercaya. Maka kecenderungannya dalam fatwa yang berkembang adalah haram untuk saling mengucapkan tahni'ah di hari raya masing-masing.
Untuk lebih tegasnya bagaimana perbedaan pandangan itu, kami kutipkan fatwa-fatwa dari berbagai ulama terkemuka.
Fatwa Haram Ibnul Qayyim Pendapat anda yang mengharamkan ucapan selamat natal difatwakan oleh Ibn al-Qayyim Al-Jauziyah. Beliau pernah menyampaikan bila pemberian ucapan “Selamat Natal” atau mengucapkan “Happy Christmas” kepada orang-orang kafir hukumnya haram.
Dalam kitabnya 'Ahkâm Ahl adz-Dzimmah', beliau berkata, “Adapun mengucapkan selamat berkenaan dengan syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi mereka adalah haram menurut kesepakatan para ulama. Alasannya karena hal itu mengandung persetujuan terhadap syi’ar-syi’ar kekufuran yang mereka lakukan.
Sikap ini juga sama pernah disampaikan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin sebagaimana dikutip dalam Majma’ Fatawa Fadlilah Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, (Jilid.III, h.44-46, No.403).
Di negeri kita, tidak sedikit umat Islam yang mengharamkan ucapan selamat natal ini.
Fatwa Yang Membolehkan
Memang pendapat yang membolehkan ini kurang populer di banyak kalangan. Namun kalau kita mau agak teliti dan jujur, rupanya yang menghalalkan tidak sedikit. Bukan hanya Dr. Quraisy Syihab saja, tetapi bahkan Majelis Ulama Indonesia, Dr. Yusuf Al-Qaradawi dan beberapa ulama dunia lainnya, ternyata kita dapati pendapat mereka membolehkan ucapan itu.
Rasanya agak kaget juga, tetapi itulah yang kita dapat begitu kita agak jauh menelitinya. Kami uraikan di sini petikan-petikan pendapat mereka, bukan dengan tujuan ingin mengubah pandangan yang sudah ada. Tetapi sekedar memberikan tambahan wawasan kepada kita, agar kita punya referensi yang lebih lengkap.
Fatwa MUI Tentang Haramnya Natal Bersama, Bukan Ucapan Selamat Natal Satu yang perlu dicermati adalah kenyataan bahwa MUI tidak pernah berfatwa yang mengharamkan ucapan selamat natal. Yang ada hanyalah fatwa haramnya melakukan natal bersama.
Majelis Ulama Indonesia pada 7 Maret 1981, sebagaimana ditandatangani K.H. M. Syukri Ghozali, MUI telah mengeluarkan fatwa:perayaan natal bersama bagi ummat Islam hukumnya haram
Hal ini juga ditegaskan oleh Sekretaris Jenderal MUI, Dr. Dien Syamsudin MA, yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah itu menyatakan bahwa MUI tidak melarang ucapan selamat Natal, tapi melarang orang Islam ikut sakramen/ritual Natal.
"Kalau hanya memberi ucapan selamat tidak dilarang, tapi kalau ikut dalam ibadah memang dilarang, baik orang Islam ikut dalam ritual Natal atau orang Kristen ikut dalam ibadah orang Islam, " katanya.
Bahkan pernah di hadapan ratusan umat Kristiani dalam seminar Wawasan Kebangsaan X BAMAG Jatim di Surabaya, beliau menyampaikan, "Saya tiap tahun memberi ucapan selamat Natal kepada teman-teman Kristiani."
Fatwa Dr. Yusuf Al-Qaradawi Syeikh Dr. Yusuf Al-Qaradawi mengatakan bahwa merayakan hari raya agama adalah hak masing-masing agama. Selama tidak merugikan agama lain. Dan termasuk hak tiap agama untuk memberikan tahni'ah saat perayaan agama lainnya.
Maka kami sebagai pemeluk Islam, agama kami tidak melarang kami untuk untuk memberikan tahni'ah kepada non muslim warga negara kami atau tetangga kami dalam hari besar agama mereka. Bahkan perbuatan ini termasuk ke dalam kategori al-birr (perbuatan yang baik). Sebagaimana firman Allah SWT:
لا ينهاكم الله عن الذين لم يقاتلوكم في الدين ولم يخرجوكم من دياركم أن تبروهم وتقسطوا إليهم إن الله يحب المقسطين
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS. Al-Mumtahanah: 8)
Kebolehan memberikan tahni'ah ini terutama bila pemeluk agama lain itu juga telah memberikan tahni'ah kepada kami dalam perayaan hari raya kami.
وإذا حييتم بتحية فحيوا بأحسن منها أو ردوها
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.(QS. An-Nisa': 86)
Namun Syeikh Yusuf Al-Qaradawi secara tegas mengatakan bahwa tidak halal bagi seorang muslim untuk ikut dalam ritual dan perayaan agama yang khusus milik agama lain.
Fatwa Dr. Mustafa Ahmad Zarqa'
Di dalam bank fatwa situs Islamonline.com, Dr. Mustafa Ahmad Zarqa', menyatakan bahwa tidak ada dalil yang secara tegas melarang seorang muslim mengucapkan tahniah kepada orang kafir.
Beliau mengutip hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah berdiri menghormati jenazah Yahudi. Penghormatan dengan berdiri ini tidak ada kaitannya dengan pengakuan atas kebenaran agama yang diajut jenazah tersebut.
Sehingga menurut beliau, ucapan tahni'ah kepada saudara-saudara pemeluk kristiani yang sedang merayakan hari besar mereka, juga tidak terkait dengan pengakuan atas kebenaran keyakinan mereka, melainkan hanya bagian dari mujamalah (basa-basi) dan muhasanah seorang muslim kepada teman dan koleganya yang kebetulan berbeda agama.
Dan beliau juga memfatwakan bahwa karena ucapan tahni'ah ini dibolehkan, maka pekerjaan yang terkait dengan hal itu seperti membuat kartu ucapan selamat natal pun hukumnya ikut dengan hukum ucapan natalnya.
Namun beliau menyatakan bahwa ucapan tahni'ah ini harus dibedakan dengan ikut merayakan hari besar secara langsung, seperti dengan menghadiri perayaan-perayaan natal yang digelar di berbagai tempat. Menghadiri perayatan natal dan upacara agama lain hukumnya haram dan termasuk perbuatan mungkar.
Majelis Fatwa dan Riset Eropa Majelis Fatwa dan Riset Eropajuga berpendapat yang sama dengan fatwa Dr. Ahmad Zarqa' dalam hal kebolehan mengucapkan tahni'ah, karena tidak adanya dalil langsung yang mengharamkannya.
Fatwa Dr. Abdussattar Fathullah Said Dr. Abdussattar Fathullah Said adalah profesor bidang tafsir dan ulumul quran di Universitas Al-Azhar Mesir. Dalam masalah tahni'ah ini beliau agak berhati-hati dan memilahnya menjadi dua. Ada tahni'ah yang halal dan ada yang haram.
Tahni'ah yang halal adalah tahni'ah kepada orang kafir tanpa kandungan hal-hal yang bertentangan dengan syariah. Hukumnya halal menurut beliau. Bahkan termasuk ke dalam bab husnul akhlaq yang diperintahkan kepada umat Islam.
Sedangkan tahni'ah yang haram adalah tahni'ah kepada orang kafir yang mengandung unsur bertentangan dengan masalah diniyah, hukumnya haram. Misalnya ucapan tahniah itu berbunyi, "Semoga Tuhan memberkati diri anda sekeluarga." Sedangkan ucapan yang halal seperti, "Semoga tuhan memberi petunjuk dan hidayah-Nya kepada Anda."
Bahkan beliau membolehkan memberi hadiah kepada non muslim, asalkan hadiah yang halal, bukan khamar, gambar maksiat atau apapun yang diharamkan Allah.
25 Desember Bukan Hari Lahir Nabi Isa Lepas dari perdebatan seputar fatwa haramnya mengucapkan selamat natal, ada masalah yang lebih penting lagi. Yaitu kesepakatan para ahli sejarah bahwa Nabi Isa sendiri tidak lahir di tanggal tersebut.
Tidak pernah ada data akurat pada tanggal berapakah beliau itu lahir. Yang jelas 25 Desember itu bukanlah hari lahirnya karena itu adalah hari kelahiran anak Dewa Matahari di cerita mitos Eropa kuno. Mitos itu pada sekian ratus tahun setelah wafatnya nabi Isa masuk begitu saja ke dalam ajaran kristen lalu diyakini sebagai hari lahir beliau. Padahal tidak ada satu pun ahli sejarah yang membenarkannya.
Bahkan British Encylopedia dan American Ensyclopedia sepakat bahwa 25 bukanlah hari lahirnya Isa as.
Jadi kalau pun ada sebagain kalangan yang tidak mengharamkan ucapan selamat natal, ketika diucapkan pada even natal, ucapan itu mengandung sebuah kesalahan ilmiyah yang fatal.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Assalaamu 'alaikum,
http://www.eramuslim.com/ustadz/aqd/7a22125340-mengucapkan-selamat-natal-dan-hari-raya-agama-lain.htm
Mengucapkan Selamat Natal itu boleh, yang tidak diperbolehkan adalah merayakannya secara bersama. Karena hal itu sudah menyangkut hal ritual, sedangkan hukum masalah akidah yang terkait adalah tegas. Demikian kutipan dari situs Era Muslim. Salah satu yang berpendapat demikian adalah ustadz Yusuf Qardhawi. Setiap tahun di sebagian kalangan Muslim, terjadi perdebatan mengenai ucapan selamat ini. Fatwa MUI pada tahun 1980-an ternyata hanya mengacu kepada pengharaman perayaan Natal bersama dan bukan kepada memberikan ucapan selamat.
Era Muslim hanyalah satu referensi saja. Barangkali ada referensi lain yang justru berkebalikan isinya, atau malahan memperkuat referensi Era Muslim ini? Tapi bagaimana dengan acara-acara TV, di mall-mall dll yang marak ketika Natal? Apakah itu bisa dikategorikan perayaan secara bersama? Moga-moga bukan bahasan basi, karena tiap tahun mesti terulang kontroversi ini tanpa ada pencerahannya. Semoga tidak menjadi polemik yang tak berujung. Wallahu 'alam bissawab.
Wassalaam,
Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com
Assalamualaikum wr wb.,
Pak ustadz yth, sebagaimana kita ketahui bahwa ada beberapa di antara kita tinggal dalam lingkungan yang majemuk terutama dengan agama/kepercayaan lain.
Pada saat Idul Fitri mereka mengucapkan selamat hari raya pada kita namun bolehkah apabila pada hari raya mereka kita juga melakukan hal yang sama?
Kalau tak salah dalam Perjanjian Lama pd Surat Paulus II atau Yohanes II (saya lupa) ada ajaran nasrani yang melarang mengucapkan salam pd agama lain. Benarkah demikian mohon penjelasan lebih lanjut dan terima kasih.
Wassalamualaikum wr. Wb.
Denmas
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Di masa lalu umat Islam jauh lebih kuat dan besar dari umat Kristiani. Bahkan tempat-tempat bersejarah yang dianggap sebagai tempat lahirnya nabi Isa sejak masa khalifah Umar bin Al-Khattab radhiyallahu 'anhusudah berada di tangan umat Islam bahkan hingga pertengahan abad 20.
Sebaliknya, umat kristiani tidak pernah lebih besar dari umat Islam. Kemajuan barat di dua abad terakhir ini tidak bisa diklaim sebagai prestasi agama kristen, bahkan justru sebaliknya. Barat bisa maju peradabannya ketika mereka terbebas dari kungkungan gereja.
Maka sepanjang 14 abad, pandangan muslim kepada pemeluk agama nasrani agak berbeda dengan di masa sekarang ini. Di masa kejayaan umat Islam, umat nasrani dipandang sebagai umat yang minoritas, lemah, tak berdaya dan perlu dikasihani.
Bahkan di Eropa yang sebagiannya dikuasai umat Islam saat itu, begitu banyak pemeluk kristiani yang dilindungi dan disubsidi oleh pemerintah Islam.
Pandangan ini kemudian berubah ketika Barat mengekspansi negeri-negeri muslim di bawahbendera salib. Dan kekuatan salib berhasil menyelinap di balik misi ipmerialisme yang tujuannya Gold, Gospel and Glory. Gospel adalah penyebaran agama kristiani ke dunia Islam.
Sejak saat itulah gambaran umat kristiani berubah dalam perspektif umat Islam. Yang tadinya dianggap umat yang lemah dan perlu dikasihani, tiba-tiba berubah menjadi agresor, penindas, penjajah dan perusak akidah.
Di masa kekuasaan Islam, ayat-ayat Al-Quran dan hadits nabi untuk menyayangi dan berempati kepada pemeluk nasrani kelihatan lebih sesuai dengan konteksnya. Misalnya ayat berikut ini:
Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata, "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani." Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. (QS. Al-Maidah: 82)
Al-Quran menggambarkan bahwa orang-orang nasrani adalah orang yang paling dekat persahabatannya dengan umat Islam. Sebab mereka masih mengakui Allah SWT sebagai Allah, juga mengakui keberadaan banyak nabi dan malaikat. Mereka juga percaya adanya kehidupan sesudah kematian (akhirat).
Apalagi di masa kejayaan Islam, umat nasrani sangat sedikit, lemah dan tertindas. Maka di berbagai pusat peradaban Islam, umat nasrani justru disebut dengan zimmy. Artinya adalah orang-orang yang dilindungi oleh umat Islam. Nyawa, harta, keluarga dan hak-hak mereka dijamin oleh pemerintah Islam.
Bahkan suasana itu juga terasa cocok dengan ayat Allah SWT yang lain lagi, yaitu tentang halalnya sembelihan mereka dan dinikahinya wanita ahli kitab oleh laki-laki muslim.
Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al-Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal bagi mereka. wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al-Kitab sebelum kamu(QS. Al-Maidah: 5)
Umat Islam mengizinkan mereka mendirikan geraja dan haram hukumnya untuk mengusik ibadah mereka. Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi bahwa mempersilahkan umat kristiani untuk merayakan misa natal di tempat-tempat yang dianggap bersejarah.
Semua itu adalah gambaran suasana kerukunan umat beragama yang sesungguhnya, hasil dari kemajuan peradaban Islam.
Hubungan Islam Nasrani di Zaman Kolonialisme
Tetapi semua itu menjadi hancur berantakan gara-gara kolonialisme. Keserasian umat Islam dengan pemeluk nasrani berubah menjadi perang tiada habisnya. Darah para syuhada membasahi bumi Islam tatkala umat kristiani membonceng mesin perang Barat menjajah negeri, merampas harta benda, membunuh muslim dan membumi hangus peradaban.
Umat kristiani yang tadinya umat lemah tak berdaya dan dilindungi, tiba-tiba berubah menjadi kekuatan yang congkak dan berbalik menjadi penindas umat Islam. Khilafah Islamiyah yang menyatukan umat Islam sedunia dicabik-cabik dan dibelah menjadi puluhan negara jajahan.
Akibat dari kolonilisme itu, pandangan umat Islam terhadap bangsa kristiani pun mulai mengalami pergeseran. Yang tadinya lebih banyak menyebut ayat-ayat tentang kedekatan antara dua agama, sekarang yang lebih terasa justru ayat-ayat yang mempertentangkan keduanya.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk." Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. Al-Baqarah: 120)
Juga ayat ini:
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. (QS. Ali Imran: 100)
Maka umat Islam berperang melawan nasrani dan menolak bila negerinya dipimpin oleh mereka.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin; sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al-Maidah: 51)
Imbas Kepada Hukum Memberi Ucapan Selamat Natal
Melihat realitas di atas, maka di dalam tubuh umat Islam berkembang dua cara pandang yang berbeda.
Di satu sisi, ada kalanganyang menganggap bahwa nasrani itu bukan musuh, tidak boleh dibunuh atau diperangi. Justru harus dianggap sebagai komunitas yang harus ditolong. Kepada mereka tidak dipaksakan untuk memeluk Islam. Bahkan tidak terlarang untuk hidup berdampingan, saling tolong dan saling hormat, sampai saling memberi tahni'ah (congratulation) kepada masing-masing kepercayaan.
Di sisi lain, ada kalangan yang tetap berprinsip bahwa nasrani adalah umat yang harus dimusuhi, diperangi dan tidak bisa dipercaya. Maka kecenderungannya dalam fatwa yang berkembang adalah haram untuk saling mengucapkan tahni'ah di hari raya masing-masing.
Untuk lebih tegasnya bagaimana perbedaan pandangan itu, kami kutipkan fatwa-fatwa dari berbagai ulama terkemuka.
Fatwa Haram Ibnul Qayyim Pendapat anda yang mengharamkan ucapan selamat natal difatwakan oleh Ibn al-Qayyim Al-Jauziyah. Beliau pernah menyampaikan bila pemberian ucapan “Selamat Natal” atau mengucapkan “Happy Christmas” kepada orang-orang kafir hukumnya haram.
Dalam kitabnya 'Ahkâm Ahl adz-Dzimmah', beliau berkata, “Adapun mengucapkan selamat berkenaan dengan syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi mereka adalah haram menurut kesepakatan para ulama. Alasannya karena hal itu mengandung persetujuan terhadap syi’ar-syi’ar kekufuran yang mereka lakukan.
Sikap ini juga sama pernah disampaikan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin sebagaimana dikutip dalam Majma’ Fatawa Fadlilah Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, (Jilid.III, h.44-46, No.403).
Di negeri kita, tidak sedikit umat Islam yang mengharamkan ucapan selamat natal ini.
Fatwa Yang Membolehkan
Memang pendapat yang membolehkan ini kurang populer di banyak kalangan. Namun kalau kita mau agak teliti dan jujur, rupanya yang menghalalkan tidak sedikit. Bukan hanya Dr. Quraisy Syihab saja, tetapi bahkan Majelis Ulama Indonesia, Dr. Yusuf Al-Qaradawi dan beberapa ulama dunia lainnya, ternyata kita dapati pendapat mereka membolehkan ucapan itu.
Rasanya agak kaget juga, tetapi itulah yang kita dapat begitu kita agak jauh menelitinya. Kami uraikan di sini petikan-petikan pendapat mereka, bukan dengan tujuan ingin mengubah pandangan yang sudah ada. Tetapi sekedar memberikan tambahan wawasan kepada kita, agar kita punya referensi yang lebih lengkap.
Fatwa MUI Tentang Haramnya Natal Bersama, Bukan Ucapan Selamat Natal Satu yang perlu dicermati adalah kenyataan bahwa MUI tidak pernah berfatwa yang mengharamkan ucapan selamat natal. Yang ada hanyalah fatwa haramnya melakukan natal bersama.
Majelis Ulama Indonesia pada 7 Maret 1981, sebagaimana ditandatangani K.H. M. Syukri Ghozali, MUI telah mengeluarkan fatwa:perayaan natal bersama bagi ummat Islam hukumnya haram
Hal ini juga ditegaskan oleh Sekretaris Jenderal MUI, Dr. Dien Syamsudin MA, yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah itu menyatakan bahwa MUI tidak melarang ucapan selamat Natal, tapi melarang orang Islam ikut sakramen/ritual Natal.
"Kalau hanya memberi ucapan selamat tidak dilarang, tapi kalau ikut dalam ibadah memang dilarang, baik orang Islam ikut dalam ritual Natal atau orang Kristen ikut dalam ibadah orang Islam, " katanya.
Bahkan pernah di hadapan ratusan umat Kristiani dalam seminar Wawasan Kebangsaan X BAMAG Jatim di Surabaya, beliau menyampaikan, "Saya tiap tahun memberi ucapan selamat Natal kepada teman-teman Kristiani."
Fatwa Dr. Yusuf Al-Qaradawi Syeikh Dr. Yusuf Al-Qaradawi mengatakan bahwa merayakan hari raya agama adalah hak masing-masing agama. Selama tidak merugikan agama lain. Dan termasuk hak tiap agama untuk memberikan tahni'ah saat perayaan agama lainnya.
Maka kami sebagai pemeluk Islam, agama kami tidak melarang kami untuk untuk memberikan tahni'ah kepada non muslim warga negara kami atau tetangga kami dalam hari besar agama mereka. Bahkan perbuatan ini termasuk ke dalam kategori al-birr (perbuatan yang baik). Sebagaimana firman Allah SWT:
لا ينهاكم الله عن الذين لم يقاتلوكم في الدين ولم يخرجوكم من دياركم أن تبروهم وتقسطوا إليهم إن الله يحب المقسطين
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS. Al-Mumtahanah: 8)
Kebolehan memberikan tahni'ah ini terutama bila pemeluk agama lain itu juga telah memberikan tahni'ah kepada kami dalam perayaan hari raya kami.
وإذا حييتم بتحية فحيوا بأحسن منها أو ردوها
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.(QS. An-Nisa': 86)
Namun Syeikh Yusuf Al-Qaradawi secara tegas mengatakan bahwa tidak halal bagi seorang muslim untuk ikut dalam ritual dan perayaan agama yang khusus milik agama lain.
Fatwa Dr. Mustafa Ahmad Zarqa'
Di dalam bank fatwa situs Islamonline.com, Dr. Mustafa Ahmad Zarqa', menyatakan bahwa tidak ada dalil yang secara tegas melarang seorang muslim mengucapkan tahniah kepada orang kafir.
Beliau mengutip hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah berdiri menghormati jenazah Yahudi. Penghormatan dengan berdiri ini tidak ada kaitannya dengan pengakuan atas kebenaran agama yang diajut jenazah tersebut.
Sehingga menurut beliau, ucapan tahni'ah kepada saudara-saudara pemeluk kristiani yang sedang merayakan hari besar mereka, juga tidak terkait dengan pengakuan atas kebenaran keyakinan mereka, melainkan hanya bagian dari mujamalah (basa-basi) dan muhasanah seorang muslim kepada teman dan koleganya yang kebetulan berbeda agama.
Dan beliau juga memfatwakan bahwa karena ucapan tahni'ah ini dibolehkan, maka pekerjaan yang terkait dengan hal itu seperti membuat kartu ucapan selamat natal pun hukumnya ikut dengan hukum ucapan natalnya.
Namun beliau menyatakan bahwa ucapan tahni'ah ini harus dibedakan dengan ikut merayakan hari besar secara langsung, seperti dengan menghadiri perayaan-perayaan natal yang digelar di berbagai tempat. Menghadiri perayatan natal dan upacara agama lain hukumnya haram dan termasuk perbuatan mungkar.
Majelis Fatwa dan Riset Eropa Majelis Fatwa dan Riset Eropajuga berpendapat yang sama dengan fatwa Dr. Ahmad Zarqa' dalam hal kebolehan mengucapkan tahni'ah, karena tidak adanya dalil langsung yang mengharamkannya.
Fatwa Dr. Abdussattar Fathullah Said Dr. Abdussattar Fathullah Said adalah profesor bidang tafsir dan ulumul quran di Universitas Al-Azhar Mesir. Dalam masalah tahni'ah ini beliau agak berhati-hati dan memilahnya menjadi dua. Ada tahni'ah yang halal dan ada yang haram.
Tahni'ah yang halal adalah tahni'ah kepada orang kafir tanpa kandungan hal-hal yang bertentangan dengan syariah. Hukumnya halal menurut beliau. Bahkan termasuk ke dalam bab husnul akhlaq yang diperintahkan kepada umat Islam.
Sedangkan tahni'ah yang haram adalah tahni'ah kepada orang kafir yang mengandung unsur bertentangan dengan masalah diniyah, hukumnya haram. Misalnya ucapan tahniah itu berbunyi, "Semoga Tuhan memberkati diri anda sekeluarga." Sedangkan ucapan yang halal seperti, "Semoga tuhan memberi petunjuk dan hidayah-Nya kepada Anda."
Bahkan beliau membolehkan memberi hadiah kepada non muslim, asalkan hadiah yang halal, bukan khamar, gambar maksiat atau apapun yang diharamkan Allah.
25 Desember Bukan Hari Lahir Nabi Isa Lepas dari perdebatan seputar fatwa haramnya mengucapkan selamat natal, ada masalah yang lebih penting lagi. Yaitu kesepakatan para ahli sejarah bahwa Nabi Isa sendiri tidak lahir di tanggal tersebut.
Tidak pernah ada data akurat pada tanggal berapakah beliau itu lahir. Yang jelas 25 Desember itu bukanlah hari lahirnya karena itu adalah hari kelahiran anak Dewa Matahari di cerita mitos Eropa kuno. Mitos itu pada sekian ratus tahun setelah wafatnya nabi Isa masuk begitu saja ke dalam ajaran kristen lalu diyakini sebagai hari lahir beliau. Padahal tidak ada satu pun ahli sejarah yang membenarkannya.
Bahkan British Encylopedia dan American Ensyclopedia sepakat bahwa 25 bukanlah hari lahirnya Isa as.
Jadi kalau pun ada sebagain kalangan yang tidak mengharamkan ucapan selamat natal, ketika diucapkan pada even natal, ucapan itu mengandung sebuah kesalahan ilmiyah yang fatal.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
JORR, bayar 6 ribu, jauh dekat
Posted: 24 Oktober 2007
Kalau mau pakai jalan tol yah bayar. Yang gak mau bayar ya jangan pakai jalan tol. Salah sendiri kenapa jalan tol dijadikan jalan alternatif dan bukan buat perjalanan jarak jauh. Gitu kata Bang Yos. Hidup Bang Yos. Gitu Aja Kok Repot. Lagipula orang Pondok Indah, Bintaro dan BSD itu kaya-kaya. Ngapain sih 6000 perak aja diributin. Kalo belanja mahal-mahal, makanan di resto mahal, entertaintment orang berjuta-juta aja gak pusing. Mobilnya aje banyak yang BMW, Mercy, Jaguar dll yang milyaran hargenye. Gak kuat bayar tol gitu? Ridiculous aje, pade blingsatan cuma gara-gara 6 ribu perak.
Bokis kalo harga barang harus naik gara-gara naiknya tarif tol. Dimana itungannya. Tarif per km jalan tol kita cuma 600-1900 perak, termasuk yang termurah di dunia. Pemerintah mau memperbaiki kualitas jalan tol dan membangun yang baru, tapi gak punya duit. Salah satu sumber dananya adalah dari tarif tol. Siapa lagi yang mau bayar kalo bukan pemakainya. Yang salah kalo duit tarif tol itu masuk kantong para perampok uang negara di Jasa Marga dll. Sehingga jalan tol gak berkualitas dan susah terawat. Ini yang harus diberantas, bukan tarif tolnya. Yang sakit mata dan kupingnya kok, malah kaki yang dipijet yah. Salah tempat ngebetulinnya.
Di Jakarta gak sedikit yang punya mobil banyak dalam 1 rumah. Suatu hal yang sulit ditemui di Jepang dan Singapore. Alat transportasi buruk memang bisa jadi alasan, tapi gak selamanya gitu. Harusnya pajak untuk 2nd and 3rd car ditinggikan. Tapi orang kita pada licik, nanti mobilnya atas nama orang lain, jadinya gak kena pajak juga akhirnya. Demi menekan macet, diterapkan 3 in one. Halah bayar aja jokinya 10 ribu, apa susahnya sih. Lantas ada rencana penerapan hari untuk plat number ganjil, dan hari lainnya untuk yang nomor genap. Kayak di Beijing, dan di sana sukses diterapkan. Di kita? He he, bikin aja 2 plat nomor ganjil dan genap, apa susahnya?
Emang polisi bakal ngecek gitu? Kalo ke gap, bilang aja 8 enam, dan kasih duit warna merah. Beres deh.
Di kita peraturan memang terlahir untuk diakali. Di kita, banyak hal yang gak perlu diributin. Tarif jalan tol yang sudah sepatutnya disokong malah diributin, tapi budget gak jelas lain malah dibiarkan. Sama kayak anggota DPR. Selalu ngeributin Pemerintah punya rencana dan anggaran ini itu secara berlebihan. Tapi kok melempem saat ada kontroversi kenaikan gaji mereka? Konon katanya banyak yang pake aji mumpung sekaligus tukang tembak proyek. Ini banyak terjadi pada pejabat eksekutif maupun legislatif dan juga yudikatif.
Payah ini pada bokis dan egois. Biarin aja negara miskin, Emang Gue Pikirin, yang penting kan kantong gue tebel dan foya-foya, gitu kali yah kata mereka. Kalo itu karena kerja keras dan kepandaian mereka, EGP deh dan mereka berhak untuk itu. Tapi kalo karena hasil KKN, nah ini biang kerusakan negara. Capeek deeehh.
Wassalaam,
Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com
Kalau mau pakai jalan tol yah bayar. Yang gak mau bayar ya jangan pakai jalan tol. Salah sendiri kenapa jalan tol dijadikan jalan alternatif dan bukan buat perjalanan jarak jauh. Gitu kata Bang Yos. Hidup Bang Yos. Gitu Aja Kok Repot. Lagipula orang Pondok Indah, Bintaro dan BSD itu kaya-kaya. Ngapain sih 6000 perak aja diributin. Kalo belanja mahal-mahal, makanan di resto mahal, entertaintment orang berjuta-juta aja gak pusing. Mobilnya aje banyak yang BMW, Mercy, Jaguar dll yang milyaran hargenye. Gak kuat bayar tol gitu? Ridiculous aje, pade blingsatan cuma gara-gara 6 ribu perak.
Bokis kalo harga barang harus naik gara-gara naiknya tarif tol. Dimana itungannya. Tarif per km jalan tol kita cuma 600-1900 perak, termasuk yang termurah di dunia. Pemerintah mau memperbaiki kualitas jalan tol dan membangun yang baru, tapi gak punya duit. Salah satu sumber dananya adalah dari tarif tol. Siapa lagi yang mau bayar kalo bukan pemakainya. Yang salah kalo duit tarif tol itu masuk kantong para perampok uang negara di Jasa Marga dll. Sehingga jalan tol gak berkualitas dan susah terawat. Ini yang harus diberantas, bukan tarif tolnya. Yang sakit mata dan kupingnya kok, malah kaki yang dipijet yah. Salah tempat ngebetulinnya.
Di Jakarta gak sedikit yang punya mobil banyak dalam 1 rumah. Suatu hal yang sulit ditemui di Jepang dan Singapore. Alat transportasi buruk memang bisa jadi alasan, tapi gak selamanya gitu. Harusnya pajak untuk 2nd and 3rd car ditinggikan. Tapi orang kita pada licik, nanti mobilnya atas nama orang lain, jadinya gak kena pajak juga akhirnya. Demi menekan macet, diterapkan 3 in one. Halah bayar aja jokinya 10 ribu, apa susahnya sih. Lantas ada rencana penerapan hari untuk plat number ganjil, dan hari lainnya untuk yang nomor genap. Kayak di Beijing, dan di sana sukses diterapkan. Di kita? He he, bikin aja 2 plat nomor ganjil dan genap, apa susahnya?
Emang polisi bakal ngecek gitu? Kalo ke gap, bilang aja 8 enam, dan kasih duit warna merah. Beres deh.
Di kita peraturan memang terlahir untuk diakali. Di kita, banyak hal yang gak perlu diributin. Tarif jalan tol yang sudah sepatutnya disokong malah diributin, tapi budget gak jelas lain malah dibiarkan. Sama kayak anggota DPR. Selalu ngeributin Pemerintah punya rencana dan anggaran ini itu secara berlebihan. Tapi kok melempem saat ada kontroversi kenaikan gaji mereka? Konon katanya banyak yang pake aji mumpung sekaligus tukang tembak proyek. Ini banyak terjadi pada pejabat eksekutif maupun legislatif dan juga yudikatif.
Payah ini pada bokis dan egois. Biarin aja negara miskin, Emang Gue Pikirin, yang penting kan kantong gue tebel dan foya-foya, gitu kali yah kata mereka. Kalo itu karena kerja keras dan kepandaian mereka, EGP deh dan mereka berhak untuk itu. Tapi kalo karena hasil KKN, nah ini biang kerusakan negara. Capeek deeehh.
Wassalaam,
Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com
Harga naik dimana-mana
Posted: 23 Oktober 2007
Assalaamu 'alaikum,
Salah satu Food Stall Nasi Padang di dekat kantor baru buka kemarin. Penjualnya ikut-ikutan libur panjang kayak di Indonesia. Kadang pagi saya suka makan mie atau soto di situ. Gak nyangka pas kemarin bayar S$ 2 seperti biasanya, ternyata kurang. Harganya dah berubah Mas, sekarang jadi S$ 2.50 per porsi, katanya. Nyoba juga beli cemilan yang biasa S$ 1.00 dapat 3 biji. Lagi-lagi, ternyata harganya udah berubah jadi S$ 1.40 tuk 3 biji. Wahh naik semua yah? Gak tau cuma di stall ini saja ataupun di stall sejenis di tempat lain. S$ 0.50 memang cincai, tapi kalo dilihat dari persentasi lumayan gede juga, yakni 25%.
Gimana dengan barang-barang di sini serta makanan dan masakan pada umumnya? Adakah kenaikan yang lumayan akhir-akhir ini? Saya sendiri biasanya kalo belanja di supermarket biasanya gak pernah ngecek harga. Ambil, kumpulin dan bayar aja, males ngecek satu-satu. Maklum kalaupun naik sen-sen an saja, yang meskipun dirupiahkan sebenarnya lumayan gede. Kalo di Jakarta, harga naik berasa banget. Karena satuan uangnya udah ribuan. Udah gitu kalo naikin harga gak kira-kira. Pernah waktu itu beli kulkas di Carrefour. Kata penjaganya beli sekarang aja Mas, jangan deket-deket lebaran. Akhirnya saya beli deh. Bener juga, pas deket-deket lebaran, harganya udah naik 10-15%. Gile aje.
Saya jadi curiga jangan-jangan kalau pada ngadain SALE Lebaran, apa pada naikin harga duluan gitu yah? Maksudnya naikin dulu 40%, terus bilang kasih diskon 30%. Kan sebenarnya mereka tetap untung 10%. Ada yang pernah ngecek gak? Biasanya kalo mengacu kepada hukum ekonomi biasa, permintaan naik, maka harga pun naik. Tapi pas lebaran malah banyak sale. Profit berkurang itu gak papa, yang penting omzetnya gede, ataukah emang sebenarnya pada naikin harga duluan yah?
Satu lagi, kalo di Singapore, ada yang namanya GST, yang besarnya 7%. Untung barang-barang kecil dan murah, biasanya harga inclusive GST. Di Jepang, shohizei alias pajak konsumsi itu besarnya 5%. Semuanya jelas aturannya dan tertera. Tapi di Jakarta, saya gak pernah tau berapa pajak barang. Cuma yang bikin sebel harga barang beda-beda di beragam tempat. Syukurlah Carrefour ada kompetitornya, hingga harganya bisa dibandingkan. Walau sebenarnya harga di supermarket itu jauh lebih mahal daripada harga di pasar tradisional, namun orang banyak yang pilih supermarket, karena kondisinya yang bersih, plus bisa one stop shopping, sekaligus gengsi juga. Berapa yah pajaknya? Yang saya tau, pajak konsumsi adalah 10%, sebab itu ditambahkan langsung kalo pas kita beli makanan di resto atau food stall.
Anyway, gak di sini dan gak di sana, harga pada naik. Minyak juga naik, lalu beras naik, dan semua naik. Cuma gaji aja yang naiknya lambat dan belum tentu sebanding dengan laju inflasi. Padahal kalo kenaikan gaji di bawah laju inflasi, itu berarti kita yang tekor. Singapore walaupun barang harganya naik, entah kenapa gak terasa gede, mungkin karena satuannya sen atau few dollars, serta masih bisa di absorb.
Tapi kalo di Jakarta, banyak juga pedagang yang kejem naikin harga gak pakai otak, bahkan sampai beras pun dinaikkan secara konyol harganya. Sesuatu yang musykil terjadi di jiran, karena Pemerintah sini dan Malaysia mengontrol secara ketat harga sembako. Kalo dah gini, rakyatnya pusing, kok gaji jadi gak cukup buat ini itu. Walau pusing, banyak yang malas nyari ke pasar tradisional. Enakan ke supermarket deh katanya. Abis kadang di pasar tradisional, kalo kite gak tau harga, juga dibodongin melulu. Nah lho.
Harga naik melulu, emang bikin pusing. Gak di sana, gak di sini sama aja. Ada yang ngerasain kenaikan harga juga? Then, ada yang tau berapa sebenarnya pajak barang dan makanan yang dikonsumsi di Jakarta?
Wassalaam,
Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com
Assalaamu 'alaikum,
Salah satu Food Stall Nasi Padang di dekat kantor baru buka kemarin. Penjualnya ikut-ikutan libur panjang kayak di Indonesia. Kadang pagi saya suka makan mie atau soto di situ. Gak nyangka pas kemarin bayar S$ 2 seperti biasanya, ternyata kurang. Harganya dah berubah Mas, sekarang jadi S$ 2.50 per porsi, katanya. Nyoba juga beli cemilan yang biasa S$ 1.00 dapat 3 biji. Lagi-lagi, ternyata harganya udah berubah jadi S$ 1.40 tuk 3 biji. Wahh naik semua yah? Gak tau cuma di stall ini saja ataupun di stall sejenis di tempat lain. S$ 0.50 memang cincai, tapi kalo dilihat dari persentasi lumayan gede juga, yakni 25%.
Gimana dengan barang-barang di sini serta makanan dan masakan pada umumnya? Adakah kenaikan yang lumayan akhir-akhir ini? Saya sendiri biasanya kalo belanja di supermarket biasanya gak pernah ngecek harga. Ambil, kumpulin dan bayar aja, males ngecek satu-satu. Maklum kalaupun naik sen-sen an saja, yang meskipun dirupiahkan sebenarnya lumayan gede. Kalo di Jakarta, harga naik berasa banget. Karena satuan uangnya udah ribuan. Udah gitu kalo naikin harga gak kira-kira. Pernah waktu itu beli kulkas di Carrefour. Kata penjaganya beli sekarang aja Mas, jangan deket-deket lebaran. Akhirnya saya beli deh. Bener juga, pas deket-deket lebaran, harganya udah naik 10-15%. Gile aje.
Saya jadi curiga jangan-jangan kalau pada ngadain SALE Lebaran, apa pada naikin harga duluan gitu yah? Maksudnya naikin dulu 40%, terus bilang kasih diskon 30%. Kan sebenarnya mereka tetap untung 10%. Ada yang pernah ngecek gak? Biasanya kalo mengacu kepada hukum ekonomi biasa, permintaan naik, maka harga pun naik. Tapi pas lebaran malah banyak sale. Profit berkurang itu gak papa, yang penting omzetnya gede, ataukah emang sebenarnya pada naikin harga duluan yah?
Satu lagi, kalo di Singapore, ada yang namanya GST, yang besarnya 7%. Untung barang-barang kecil dan murah, biasanya harga inclusive GST. Di Jepang, shohizei alias pajak konsumsi itu besarnya 5%. Semuanya jelas aturannya dan tertera. Tapi di Jakarta, saya gak pernah tau berapa pajak barang. Cuma yang bikin sebel harga barang beda-beda di beragam tempat. Syukurlah Carrefour ada kompetitornya, hingga harganya bisa dibandingkan. Walau sebenarnya harga di supermarket itu jauh lebih mahal daripada harga di pasar tradisional, namun orang banyak yang pilih supermarket, karena kondisinya yang bersih, plus bisa one stop shopping, sekaligus gengsi juga. Berapa yah pajaknya? Yang saya tau, pajak konsumsi adalah 10%, sebab itu ditambahkan langsung kalo pas kita beli makanan di resto atau food stall.
Anyway, gak di sini dan gak di sana, harga pada naik. Minyak juga naik, lalu beras naik, dan semua naik. Cuma gaji aja yang naiknya lambat dan belum tentu sebanding dengan laju inflasi. Padahal kalo kenaikan gaji di bawah laju inflasi, itu berarti kita yang tekor. Singapore walaupun barang harganya naik, entah kenapa gak terasa gede, mungkin karena satuannya sen atau few dollars, serta masih bisa di absorb.
Tapi kalo di Jakarta, banyak juga pedagang yang kejem naikin harga gak pakai otak, bahkan sampai beras pun dinaikkan secara konyol harganya. Sesuatu yang musykil terjadi di jiran, karena Pemerintah sini dan Malaysia mengontrol secara ketat harga sembako. Kalo dah gini, rakyatnya pusing, kok gaji jadi gak cukup buat ini itu. Walau pusing, banyak yang malas nyari ke pasar tradisional. Enakan ke supermarket deh katanya. Abis kadang di pasar tradisional, kalo kite gak tau harga, juga dibodongin melulu. Nah lho.
Harga naik melulu, emang bikin pusing. Gak di sana, gak di sini sama aja. Ada yang ngerasain kenaikan harga juga? Then, ada yang tau berapa sebenarnya pajak barang dan makanan yang dikonsumsi di Jakarta?
Wassalaam,
Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com
Trend baru kita: Komisi-komisian dan Dewan-dewanan
Posted: 23 Oktober 2007
Assalaamu 'alaikum,
http://www.detiknews.com/indexfr.php?url=http://www.detiknews.com/indexphp/detik.read/tahun/2007/bulan/10/tgl/23/time/081232/idnews/843780/idkanal/10
Ini ada yang "lucu" dan njlimet lagi di Republik kita. Wantimpres diributkan karena dituding minta naik gaji. Dewan Pertimbangan Presiden ini juga kelasnya akan naik sekelas menteri. Anggotanya adalah Adnan Buyung, Rachmawati Soekarnoputri, KH Ma'aruf Amin, Sjahrir, TB Silalahi, Radi Abdul Gani, Emil Salim dan Subur Budisantoso.
Gak tau yah, di kelembagaan kita, kita senang bikin komisi-komisi-an dan dewan-dewanan. Ada wantimpres, dulu ada penasehat presiden ini itu, ada jubir Presiden tapi ada Mensesneg dan ada Menseskab, ada lagi Komisi Kepolisian, lalu Komisi Yudisial, KPK, Timtas Tipikor dll. Yang kayak begini, di negeri lain gak ada. Sebenarnya MA, Polisi, Jaksa, DPA, BPK saja sudah cukup. Apa karena masing-masing kerjanya gak bener, lantas perlu ada komisi dan dewan lain yang perlu untuk mengawasi mereka?
Lantas, keanggotaan komisi dan dewan itu sendiri pun ada yang mengundang kontroversi. Kalau komisi dan dewan ini kerjanya gak bener, lantas siapa yang harus mengawasi? Apakah perlu dibentuk komisi pengawas komisi bla bla bla. Jadinya gak habis habis dong? Bukan apa-apa brur, keberadaan komisi dan dewan itu belum jelas job description dan fungsinya. Keanggotaan yang banyak berikut staf-stafnya akan menambah beban anggaran negara, apalagi gaji dan fasilitas tuk orang elit macam mereka gak murah. Harusnya negara berani dong ambil resiko take and give. Gue kasih lo segini tapi lo harus kerja sekian. Namun realitanya justru banyak orang meragukan kerja komisi dan dewan itu.
Daripada ngabisin anggaran negara gak karuan, apa gak lebih baik lembaga yang sudah ada dimaksimalkan saja? Hemat juga tih? Ataukah memang karena lembaga dan birokrasi yang ada sudah terlalu brengsek, dan karenanya no choice selain membentuk komisi2an dan dewan2an seperti itu? Kalau iya, capek dehhh, mbuleet lagi. Dah gitu capek juga dengernya kalau kita selalu berpolemik dan penuh kontroversi. Anyway, kalau kita di luar sistem, memang agaknya mudah mengkritisi. Dan sudah banyak kejadian begitu kita masuk sistem, yang tadinya vokal lantas melempem. Selain karena terbawa alur sistem yang sudah ada, juga bingung harus mulai darimana dan gimana cara memperbaikinya. Nah lho!
Wassalaam,
Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com
Assalaamu 'alaikum,
http://www.detiknews.com/indexfr.php?url=http://www.detiknews.com/indexphp/detik.read/tahun/2007/bulan/10/tgl/23/time/081232/idnews/843780/idkanal/10
Ini ada yang "lucu" dan njlimet lagi di Republik kita. Wantimpres diributkan karena dituding minta naik gaji. Dewan Pertimbangan Presiden ini juga kelasnya akan naik sekelas menteri. Anggotanya adalah Adnan Buyung, Rachmawati Soekarnoputri, KH Ma'aruf Amin, Sjahrir, TB Silalahi, Radi Abdul Gani, Emil Salim dan Subur Budisantoso.
Gak tau yah, di kelembagaan kita, kita senang bikin komisi-komisi-an dan dewan-dewanan. Ada wantimpres, dulu ada penasehat presiden ini itu, ada jubir Presiden tapi ada Mensesneg dan ada Menseskab, ada lagi Komisi Kepolisian, lalu Komisi Yudisial, KPK, Timtas Tipikor dll. Yang kayak begini, di negeri lain gak ada. Sebenarnya MA, Polisi, Jaksa, DPA, BPK saja sudah cukup. Apa karena masing-masing kerjanya gak bener, lantas perlu ada komisi dan dewan lain yang perlu untuk mengawasi mereka?
Lantas, keanggotaan komisi dan dewan itu sendiri pun ada yang mengundang kontroversi. Kalau komisi dan dewan ini kerjanya gak bener, lantas siapa yang harus mengawasi? Apakah perlu dibentuk komisi pengawas komisi bla bla bla. Jadinya gak habis habis dong? Bukan apa-apa brur, keberadaan komisi dan dewan itu belum jelas job description dan fungsinya. Keanggotaan yang banyak berikut staf-stafnya akan menambah beban anggaran negara, apalagi gaji dan fasilitas tuk orang elit macam mereka gak murah. Harusnya negara berani dong ambil resiko take and give. Gue kasih lo segini tapi lo harus kerja sekian. Namun realitanya justru banyak orang meragukan kerja komisi dan dewan itu.
Daripada ngabisin anggaran negara gak karuan, apa gak lebih baik lembaga yang sudah ada dimaksimalkan saja? Hemat juga tih? Ataukah memang karena lembaga dan birokrasi yang ada sudah terlalu brengsek, dan karenanya no choice selain membentuk komisi2an dan dewan2an seperti itu? Kalau iya, capek dehhh, mbuleet lagi. Dah gitu capek juga dengernya kalau kita selalu berpolemik dan penuh kontroversi. Anyway, kalau kita di luar sistem, memang agaknya mudah mengkritisi. Dan sudah banyak kejadian begitu kita masuk sistem, yang tadinya vokal lantas melempem. Selain karena terbawa alur sistem yang sudah ada, juga bingung harus mulai darimana dan gimana cara memperbaikinya. Nah lho!
Wassalaam,
Papa Fariz
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
FS Account: boedoetsg@hotmail.com
Subscribe to:
Posts (Atom)